Indonesia, Jerman, Yordania Kolaborasi Majukan Inklusi Disabilitas

Photo Author
- Kamis, 27 November 2025 | 20:10 WIB
Peserta SSTC IEE 2025 berfoto bersama  (Fira Nurfiani)
Peserta SSTC IEE 2025 berfoto bersama (Fira Nurfiani)

Krjogja.com - SLEMAN – Indonesia, Jerman, dan Yordania memperkuat komitmen global dalam mendorong ekosistem ekonomi inklusif bagi penyandang disabilitas melalui South-South and Triangular Cooperation on Inclusion and Economic Empowerment for Persons with Disabilities (SSTC IEE) 2025.

Agenda internasional yang digelar di Mustika Yogyakarta Resort & Spa, Sleman, Selasa–Sabtu (25–29/11) tersebut menandai kolaborasi tiga negara dalam memperluas praktik pemberdayaan yang adil dan setara.

Baca Juga: PWI DIY Raih Penghargaan Kategori Lembaga Mitra Keterbukaan Informasi Publik dari KID DIY

SSTC IEE merupakan program kerja sama multilateral yang diinisiasi sejak Desember 2024 dan dirancang berlangsung hingga 2027. Forum ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pemerintahan, lembaga pembangunan, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas penyandang disabilitas, dengan tujuan memperkuat jejaring pembelajaran lintas negara serta membuka peluang replikasi model inklusi. DIY dipilih sebagai tuan rumah karena dinilai memiliki ekosistem inklusi yang progresif dan menjadi rujukan internasional.

Kegiatan pembukaan dihadiri Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda DIY Aria Nugrahadi; Secretary-General of the Higher Council for the Rights of Persons with Disabilities Yordania, Muhannad Alazzeh; perwakilan Kementerian Sekretariat Negara, Kemendagri, dan Kemensos; mitra pembangunan dari GIZ Indonesia dan ASEAN; serta seluruh peserta forum dari tiga negara. Atmosfer kolaboratif tampak kuat sejak awal kegiatan, menegaskan komitmen bersama memajukan inklusi disabilitas.

Aria Nugrahadi yang mewakili Gubernur DIY menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada DIY sebagai lokus forum internasional tersebut. Menurutnya, perjalanan DIY dalam memperkuat kebijakan inklusi telah tertata melalui Perda Nomor 5 Tahun 2022 yang menjadi fondasi penghormatan dan perlindungan hak penyandang disabilitas. “Kehadiran peserta dari Indonesia, Jerman, dan Yordania menunjukkan bahwa semangat inklusi bukan hanya upaya lokal, melainkan gerakan global,” ujarnya.

Baca Juga: Helloween Batal Tampil di JogjaROCKarta 2025, Festival Tetap Digelar dengan Line-up Lengkap dan Menjadi Tahun Terakhir

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemda DIY mengembangkan ekosistem inklusi yang melibatkan banyak pihak, mulai dari komunitas disabilitas, perguruan tinggi, sektor swasta, hingga pegiat UMKM. Program pelatihan kewirausahaan, pendampingan usaha, hingga penguatan akses pemasaran menjadi bagian penting dalam mendorong kemandirian ekonomi penyandang disabilitas. Upaya tersebut diperkaya dengan langkah menghadirkan ruang publik yang semakin ramah, seperti pemasangan guiding block di Malioboro, pembangunan ramp di kawasan Kotabaru, serta penyempurnaan layanan transportasi Trans Jogja agar inklusif bagi semua.

Tidak hanya aspek fisik dan ekonomi, ekosistem inklusi DIY juga diperkuat oleh pergerakan di bidang pendidikan dan kesenian. Perguruan tinggi serta komunitas kreatif aktif mengembangkan seni pertunjukan inklusif dan teknologi bantu yang memberi ruang ekspresi bagi penyandang disabilitas. Menurut Aria, hal ini sejalan dengan falsafah Hamemayu Hayuning Bawana yang mengajarkan pentingnya merawat kemaslahatan bagi seluruh manusia tanpa kecuali.

Harapan besar terhadap forum SSTC IEE turut disampaikan Kementerian Sosial RI. Sekretaris Ditjen Rehabilitasi Sosial, Idit Supriadi Priatna, menegaskan bahwa DIY merupakan tempat yang tepat untuk memulai pertukaran pembelajaran internasional tersebut. “Forum ini mempertemukan tiga negara sebagai mitra yang setara untuk memperkuat inisiatif lokal dalam pemberdayaan ekonomi dan inklusi sosial. Kami berharap dialog yang berlangsung melahirkan inovasi yang relevan dan bermanfaat,” katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kemensetneg, Noviyanti, menjelaskan bahwa SSTC IEE dirancang untuk memperkuat ekosistem ekonomi inklusif melalui berbagi pengalaman, pembangunan kapasitas, dan kolaborasi lintas negara. Ia menyebut DIY memiliki sejumlah praktik unggulan, seperti regulasi responsif disabilitas, layanan terpadu, serta penyediaan alat bantu adaptif yang terbukti efektif di tingkat akar rumput. “Praktik baik ini penting direplikasi pada level lokal, nasional, hingga internasional,” ujarnya.

Program SSTC IEE 2025 diikuti 22 peserta dari Indonesia, Jerman, dan Yordania. Selain sesi panel dan diskusi kebijakan, peserta juga akan mengunjungi berbagai lokasi praktik inklusif di DIY serta mengikuti kegiatan budaya untuk memperdalam pemahaman lintas negara dan lintas budaya. Forum ini diharapkan menjadi pijakan penting dalam memperkuat gerakan inklusi global yang berkelanjutan. (Ira)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kampus Berdampak, Memperkuat Kontribusi Kemanusiaan

Jumat, 19 Desember 2025 | 15:57 WIB

Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Tutup Usia

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:15 WIB
X