Toni Lubis, Mencari Sejarah dalam Sampah

Photo Author
- Kamis, 4 Oktober 2018 | 01:00 WIB

PERTEMUANNYA dengan seorang ibu Tionghoa saat ia masih dalam kurungan penjara mengubah jalan hidup Toni Lubis. Semula, pekerjaannya tak lepas dari transaksi narkoba yang membuatnya keluar masuk penjara, kini ia menyebut dirinya sebagai pemulung spesialis arsip dan barang-barang bernilai sejarah.

Bertempat tinggal di belakang Stasiun Patukan, Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Toni Lubis mendirikan gudang arsip dan barang antik miliknya. Ia menyebutnya gudang, tapi menurut saya ini merupakan museum kecil berisi arsip media cetak di Indonesia, majalah-majalah lama dan beberapa barang antik lainnya.

Foto perayaan kemerdekaan RI di Istana Merdeka pada zaman Soeharto tampak ketika memandang dari luar bangunan. Begitu juga lambang burung garuda yang terlihat usang. Saat ia mengajak saya masuk ke dalam gudangnya,  tampak koran-koran tempo dulu seperti Warta Malang Syuu, Oetoesan Indonesia yang dibingkai dan kumpulan prangko.  

Barang-barang tersebut ia kumpulkan dari pasar-pasar rongsokan, mengetuk pintu dari rumah ke rumah, hingga berkeliling ke daerah-daerah. “Saya tahu ada barang bagus di luar daerah itu dari online, dari FB. Biasanya ada temen yang foto terus saya akan kesana,” jelasnya.

Pembelinya juga beragam mulai dari kolektor, mahasiswa, pemerintah hingga filmmaker yang membutuhkan barang antiknya sebagai properti.

Toni Lubis, menyebut dirinya pemulung spesialis arsip dan barang-barang bersejarah lainnya. Terkadang ia juga tertarik mengumpulkan barang antik seperti mesin tik, mesin hitung, hingga uang kertas pada masa Gunting Syarifuddin dan uang koin tahun 1950-an sampai 1970an.

Tidak hanya pembeli yang akan datang ke rumahnya, ia juga menggunakan media online yaitu Facebook sebagai tempat menjajakan dagangannya. Toni juga aktif menjadi peserta festival atau pameran-pameran yang diadakan oleh pemerintah daerah atau komunitas tertentu, seperti Pasar Kangen Jogja atau Festival Jogjakarta Tempo Doeloe. Saat Pasar Kangen Jogja 2014, ia pernah mendapatkan penghargaan pedagang paling ramai dan paling laris.            

Setelah berkeliling gudang arsipnya, Toni Lubis mengajak saya berbincang di teras rumahnya. Sambil menghisap sebatang rokok, ia bercerita masa lalunya yang merupakan mantan narapidana atas kasus transaksi narkoba. Berkali-kali ia masuk keluar penjara atas kasus yang sama hingga ia sempat diancam akan ditembak mati jika masih dalam kasus yang sama.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maria Stephanie dan Pangan Lokal

Senin, 1 Juni 2020 | 14:11 WIB

Warga Jogonalan Ciptakan Motor dan Sepeda dari Kayu

Sabtu, 23 Februari 2019 | 00:15 WIB

Aika Ingin Jadi Pendongeng dan Pendiri Cagar Alam

Sabtu, 22 Desember 2018 | 13:15 WIB

Perjuangan Relawan UGM Pulihkan Senyum Warga Lombok

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 01:10 WIB

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan 'Online'

Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:30 WIB
X