Melalui masa SMA di Denpasar, pria 1 anak ini mengaku belajar banyak tentang semangat dan perjuangan. “Kami tinggal di Sanur, di sebuah gubug dalam jalur hijau. Tidak boleh ada bangunan permanen tapi diijinkan untuk berjualan bahan bangunan. Maka kami tidak punya listrik. Tapi ayah saya mengakali dengan aki atau lampu minyak,†kenangnya.
Sesekali Andi juga belajar di rumah teman, untuk mengakses komputer dan listrik. “Hubungan kami saling menguntungkan. Dia butuh diajari, saya butuh fasilitas†tambah beliau yang mengaku mulai muncul passion untuk berbagi dan mengobrol dengan orang lain sejak kecil.
Selanjutnya >> Andi Arsana, Dosen Favorit UGM yang Sempat Punya IP 1.2
(Lucia Yuriko)