Kursi Roda Tak Menghilangkan Cita-cita Fahmi Jadi Programmer (2)

Photo Author
- Senin, 21 November 2016 | 01:49 WIB

TRAUMA karena perundungan atau bullying saat masih di Sekolah Dasar (SD) membuat Muhammad Fahmi Husein (19) menjadi anak yang minder. Ia bahkan sempat vakum di masa SMP. Selain itu, kondisi tubuhnya karena DMD semakin memburuk. Ia tidak bisa berjalan lagi sehingga mengandalkan kursi roda untuk aktivitas sehari-hari.

Seperti dikisahkan sebelumnya Fahmi menderita sakit yang sangat jarang yaitu Duchenne Muscular Dystrophy (DMD). Kondisi Fahmi ini disebabkan oleh kurangnya Dystophrin, protein yang berperan untuk pertumbuhan dan integrasi otot. Akibatnya kondisi perkembangan otot tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Pengidap MD mengalami degenerasi otot yang terus menerus.

Saat SMP Fahmi sempat vakum selama satu tahun. Ia baru masuk pada tahun berikutnya, walaupun hanya ketika ujian. Meski jarang masuk sekolah, Fahmi tidak tinggal diam. Ia aktif mengikuti lomba dan kegiatan di luar sekolah. Saat SMP kelas 7 ia mengikuti Indonesia ICT Award. Gelar juara tiga di ICT ia raih dua tahun kemudian ketika duduk di bangku kelas 9.

Saat melanjutkan ke SMA Muhammadiyah Turi, cerita yang berbeda terjadi. Seperti sebelumnya, Fahmi baru masuk ketika UTS pertama di SMA. Alasannya sama, minder dan trauma perlakuan teman-temannya ketika SD.

Justru di SMA, perlakuan sebaliknya ia terima. Teman-teman satu angkatan memintanya untuk tetap masuk sekolah. “Mangkat wae, Mi. “Mangkato terus, Mi.” Hal itu kemudian menjadi pacu bagi Fahmi untuk selalu hadir di kelas.

Ketika SMA ia juga berhasil meraih medali perak pada OSN difabel dengan karya ilmiahnya yang berjudul Pemanfaatan Kulit Markisa Menjadi Plastik. Saat ini ia dan rekannya Rissa Restu Budi Rahayu sedang mempersiapkan untuk maju ke tingkat nasional dalam ajang Toyota Eco Youth 10 di Jakarta. Karya yang akan dipertandingkan ialah Bio Etanol dari Buah Salak.

“Saya merasa sehat dan nggak ada penyakit itu pas ikut kompetisi,” ujar anak muda yang selain bercita-cita jadi programmer juga entrepreneur.

Pemuda kelahiran 18 Mei 1997 ini sebetulnya bercita-cita masuk ke Teknik Mesin UGM. Mulai dari SBMPTN hingga Ujian Tulis 2, seleksi terakhir memasuki UGM ia coba. Teknik Mesin dirasa tidak memungkinkan bagi Fahmi ketika harus praktek lapangan. Sehingga akhirnya pilihannya jatuh pada Ilmu Komputer.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maria Stephanie dan Pangan Lokal

Senin, 1 Juni 2020 | 14:11 WIB

Warga Jogonalan Ciptakan Motor dan Sepeda dari Kayu

Sabtu, 23 Februari 2019 | 00:15 WIB

Aika Ingin Jadi Pendongeng dan Pendiri Cagar Alam

Sabtu, 22 Desember 2018 | 13:15 WIB

Perjuangan Relawan UGM Pulihkan Senyum Warga Lombok

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 01:10 WIB

Irul, Majukan Dusun dengan Jualan 'Online'

Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:30 WIB
X