GADIS ini awalnya ingin menjadi dokter agar bisa menyelamatkan nyawa orang. Kini melalui gerakan yang ia bangun, cita-citanya masih sama, namun  ia wujudkan melalui dunia teknologi informasi.Â
Leonika Sari Njoto Boedioetomo, gadis 23 tahun ini adalah developer sekaligus founder dari Reblood, sebuah aplikasi yang mendorong para penggunanya untuk mendonorkan darah, mengakomodir, mengedukasi bahkan mengapresiasi penggunanya. Melalui aplikasi ini ia berharap mampu menyelesaikan permasalahan donor darah secara global.Â
Leo, sapaan akrab Leonika adalah lulusan Jurusan Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Pada awalnya ia bercita-cinta untuk menjadi dokter, namun karena berbagai macam pertimbangan akhirnya ia memilih kuliah di bidang information and technology (IT).Â
Bermula dari kecintaannya terhadap kesehatan, gadis kelahiran 18 Agustus 1993 ini akhirnya membuat startup tersebut. “Menurut data dari Kementerian kesehatan pada tahun 2003, Indonesia kekurangan 2,4 juta kantong darah dan 1 juta kantong pada tahun 2004. Meskipun menurun tapi angka tersebut masih sangatlah tinggi. Suplai darah masih banyak diperlukan,†ungkapnya saat ditemui KRJogja.com usai menjadi salah satu panelis dalam acara Ignition 2 Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Yogyakarta, Minggu (18/09/2016).
Semasa kuliah, ia sering kali mendapatkan broadcast message dari orang-orang yang mencari pendonor darah. Hal tersebut terjadi karena persediaan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) ternyata sering kali tidak mencukupi.
“Menurut hasil survei para pendonor sering kali merasa enggan untuk pergi ke PMI, ada juga yang alasannya sibuk dan hari minggu PMI tutup, kalau lagi ada event donor darah gitu kebanyakan pendonor ditolak karena tidak memenuhi persyaratan (tekanan darah, hemoglobin,dll),†jelasnya.Â
Leonika saat berpose infinity, salah satu lambang dari Reblood. (Kristi Dwi Utami)