DALAM sebuah kesempatan, Rochmat Wahab muda terpilih sebagai satu-satunya perwakilan mahasiswa Indonesia untuk menyerahkan sumbang pemikirannya kepada Presiden Soeharto. Menjadi pro kontra karena saat itu pemerintahan Soeharto tengah dikritik karena membuat keputusan yang memberangus aktivitas mahasiswa melalui kegiatan normalisasi kegiatan kampus. .
Prestasi Rochmat di kampus juga tak kalah moncer dengan di Mojokerto. Di IKIP Bandung, Rochmat terpilih sebagai Ketua Dewan Himpunan Mahasiswa (Dema) di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Juara 2 Mahasiswa berprestasi tingkat universitas.
Sebelumnya : Nekat ke Bandung, Rochmat Wahab Buang Peluang untuk Dipuja
"Saingan saya orang Sunda yang oposisi waktu pemilihan asrama itu nomor 3. Terasa tensinya pemilihan mapres itu," kenangnya. Prestasi-prestasi inilah yang membawa Rochmat diajukan oleh sang rektor untuk menjadi perwakilan IKIP Bandung dalam menyerahkan penelitian sumbangan pemikiran mahasiswa untuk Repelita IV di Istana Merdeka pada Tahun 1982 bersama dengan tiga perwakilan mahasiswa lain dari ITB, Unpad, dan UGM.
Keterpilihan dan keterlibatan Rochmat dalam penelitian sumbangan pemikiran mahasiswa untuk Repelita IV tersebut tidak disambut baik oleh teman-temannya. Beberapa yang masih emosi dengan kebijakan normalisasi kegiatan kampus yang membatasi organisasi kampus.
Selain itu, Pembantaian Lapangan Benteng dan Minggu Berdarah yang terjadi ditengah panasnya Pemilihan Umum 1982 juga menjadi alasan para mahasiswa tidak ingin berkooperasi dengan Presiden Soeharto.
Rochmat mencoba menenangkan kawannya dan menekankan pentingnya keterlibatan dirinya dan IKIP dalam repelita. "Saya dinginkan teman-teman. Kita harus terlibat. Intelektual muda harusnya tidak main keras. Banyak hal bisa kita lakukan untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan bangsa. Ini salah satunya," kata Rochmat Wahab bercerita tentang masa lalunya saat masih menjadi mahasiswa.
Pada waktu itu memang Indonesia sedang dirundung banyak masalah. Salah satunya adalah penolakan keras dari mahasiswa atas rencana Presiden Soeharto meminjam uang dari luar negeri. Rochmat menjabarkan pada teman-temannya posisinya yang mendukung kebijakan presiden.