Saat dirinya kelas 5 SD, guru SD Rochmat menawarkan kepadanya untuk lompat kelas dan langsung mengikuti ujian kelulusan SD (Ujian Negara). Pada waktu itu, mata pelajaran yang diujikan adalah berhitung, Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum.
Guru SD Rochmat tersebut memiliki keyakinan bahwa Rochmat memiliki kemampuan lebih dan mampu untuk lulus ujian tersebut saat itu juga. Namun Rochmat menolak karena masih ingin mendalami pengetahuan dan mencari pengalaman bersekolah.
Keinginan Rochmat untuk mendalami ilmu itulah yang kemudian difasilitasi oleh sekolah dengan memberikan bimbingan khusus kepadanya dan tiga teman lainnya yang juga memiliki kelebihan di bidang akademis. Mereka dipisahkan dari teman seangkatannya yang lain dan dibina oleh dua guru khusus.
Di pembinaan itu dirinya dibekali pengetahuan dan tugas yang lebih kompleks dari teman-temannya. "Saya ingat betul itu. Dua guru mengajar secara intens dan spesial. Saya tersanjung dan alhamdulillah bisa jadi rangking dua karena bimbingan guru saya itu. Padahal yang tidak lulus ujian pada saat itu ada separuh angkatan lebih," ungkapnya dengan haru. (Ilham Dary Atallah)
(Karena memiliki keterbatasan ekonomi, seringkali Rochmat Wahab kecil jadi bahan ejekan teman-temannya karena menunggak uang sekolah, baca kisah selanjutnya : Sering Diejek Temannya Karena Menunggak Bayar Sekolah)