Bermula dari itu, ia dan teman-temannya ingin membantu mengentaskan permasalahan tersebut. Pada tahun 2014 Leo mendapatkan kesempatan untuk mengikuti MITx Global Enterpreneurship Bootcamp, sebuah pelatihan kewirausahaan tingkat dunia yang diadakan di Massachusetts Institute of Technology (MIT).Â
Sekembalinya ia dari pelatihan di MIT ia berencana ingin mengembangkan Reblood. Dalam perjalanannya membangun Reblood, Leo menghadapi banyak tantangan, salah satunya adalah ditinggalkan oleh teman-temanya.
“Untuk mengatasi hal tersebut aku cari partner lagi. Intinya kalau ditinggal ya cari lagi,†paparnya sambil tersenyum. Sikap pantang menyerahnya ini berhasil membuat namanya tercatat dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia bersama dengan pemuda-pemuda berprestasi lainnya.
Baca Juga : Sebelum Tahu Bulat, Own Games Jatuh Saat Meraih Kesukesan
Salah satu pengalaman yang membuat Leo yakin Reblood dibutuhkan masyarakat adalah saat adanya peristiwa seseorang yang mencari pendonor golonga darah O. Padahal golongan darah ini adalah jenis yang paling banyak ditemui. Orang tersebut sudah mencari dengan berbagai cara namun tidak ada satupun pendonor, hingga kemudian Reblood mengumumkannya dan akhirnya ada orang yang bisa mendonorkan.
Belakangan ini Reblood tengah memulai ‘Gerakan 7230 Donor Darah Rek !’ bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia Surabaya dan Pemerintah Kota Surabaya. Dengan gerakan ini Leo berharap Reblood mampu mewujudkan misinya yaitu menyediakan darah bagi masyarakat luas. “Semoga tidak ada lagi orang yang meninggal karena tidak ada transfusi darah,†pungkasnya. (MG-13)
Baca Juga :