MELIHAT interaksi sesama pasien di rumah sakit membuat dirinya tergerak untuk menghasilkan suatu karya yang berguna. Februari 2016, Fadli Wilihandarwo beserta kedua penemu lain kemudian meluncurkan aplikasi 'Pasienia'.
'Pasienia' merupakan sebuah aplikasi bidang kesehatan dan memungkinkan penggunanya berinteraksi dengan pengguna lain yang memiliki kesamaan penyakit.Â
Kepada KRJogja.com, Fadli menceritakan pengalaman di tahun 2012 ketika ia masih menemani temannya yang didiagnosa kanker paru-paru. Selama menunggu antrian pemeriksaan oleh dokter, ia memerhatikan keadaan sekitar, setiap pasien ternyata saling berdiskusi perihal penyakit yang dideritanya. Ada yang saling menguatkan, ada juga yang saling memberi saran.
"Justru interaksi terhadap sesama pasien menjadi lebih bermanfaat daripada hanya konsultasi dengan dokter 5-10 menit," buka Fadli saat ditemui di Enterpreneur Development Service, Jalan Asem Kranji K-7.
Maret 2015, Fadli membentuk tim berisikan dirinya dan dua orang lain yang memiliki kesamaan visi. Kedua orang tersebut adalah Hardar Ali Ismail dan Dimas Ragil Mumpuni.
"Konsep awalnya tidak langsung Pasienia," tambah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2008 tersebut. Fadli menceritakan sebelumnya ia memiliki konsep seperti antar-jemput dokter atau rekam medik digital.
Mei 2015 ia mantap dengan konsep pasien-to-pasien. Setelah yakin dengan konsep yang ia usung, selama Mei hingga November 2015, timnya melakukan proses validasi dan masa percobaan apakah pasien betul-betul membutuhkan aplikasi tersebut. Bulan Desember 2015 hingga Januari 2016, ketiga orang itu mulai 'coding' aplikasi 'Pasienia'.
"Semenjak 1 Februari 2016 kami launching di Google Store, hingga saat ini sudah ada 6000 user yang telah bergabung," ucap Fadli. 'Pasienia' memiliki lima kategori penyakit dimana para pengguna bisa ikut bergabung dan berbaur bersama dengan pasien lain di salah satu kategori. Kategori tersebut termasuk kanker, rubella, jantung, diabetes, lupus.