Melani Arta, Modal Nol Rupiah Tumbuh Jadi 9 Resto

Photo Author
- Sabtu, 17 Oktober 2020 | 15:11 WIB
Suasana The Crappys ketika sebelum pandemi selalu penuh pengunjung.
Suasana The Crappys ketika sebelum pandemi selalu penuh pengunjung.

Masakecil Mimin tinggal di Jambi. Orang tuanya sebenarnya seorang pejabat di lingkungan rumah sakit. Namun karena punya banyak anak, menurut Mimin, kehidupannya pun bisa dibilang pas-pasan."Lulus SD saya melanjutkan sekolah ke Yogya. Sejak itulah saya mulai terbiasa cari uang. Pernah ikut saudara, pernah pula kos. Saya jualan es, makanan dan apa saja yang laku dan bisa dapat uang," tuturnya.

Dia mengaku, bisa kuliah di jurusan ilmu komunikasi UPN Yogya, rasanya sudah seperti mimpi. Selama menempuh kuliah, Mimin harus belajar keras dan pandai-pandai mengelola uang jatah hidup perbulan Rp 350 ribu.

Dia tak pernah beli buku. Dia harus berbaik-baik dengan teman kuliah agar bisa dipinjami buku.Bisa numpang bonceng motor dari kampus ke kos dan sebaliknya. "Untuk makan, saat itu tahun 2007, jatah sehari hanya Rp 10 ribu. Itu dialokasikan buat 3 kali makan. Agar hemat, saya masak di kos," ungkapnya.

Keterbatasan tak membuat semangat Mimin surut. Dia bahkan terpacu agar secepat mungkin rampung kuliah. Dia juga sibuk carita mbahan uang dengan bekerjaparuh waktu. Pernah kerja di distro dan ikut EO bila ada event.

“Setelah lulus kuliah, sebelum jualan kepiting, saya pernah kerja di beberapa tempat. Terakhir saya kerja di sebuah BUMN ditempatkan di Jambi. Sambil kerja kantoran, saya jualan pakaian sistem daring. Bahkan hasil dari jualan pakaian lebih banyak disbanding gaji dari kantor," akunya.

Ketikaitu, cerita Mimin, dia sudah pacaran serius dengan Iyan.Dalam pembicaraan disepakati, salah satu harus ada yang mengalah. "Saya putuskan resign dari kantor. Pertimbangannya, setelah menikah dan tinggal di Yogya ikut suami, saya masih bisa cari duit jualan online. Suami tetap kerja di EO," katanya.

Ketika itu ayah mertua sedang sakit. Usaha dagang ikan laut yang dikelola mertua, sedang surut. Melihat itu, setelah diskusi dengan suami, Mimin terpanggil membantu memasarkan. Memromosikan dagangan ikan laut segar, khususnya kepiting, melalui instagram. Ternyata dari sini justru Mimin menemukan peluang yang menjadi embrio resto The Crabbys.

"Semula saya sendiri yang menahkodai usaha ini.Tapi sejak dua tahun lalu, suami resign dari kerja. Dia dukung total usaha ini, disamping dia punya kerja sambilan membuat konten video kreatif pesanan beberapa perusahaan," paparnya.

Selama lima tahun mengelola The Crabbys, pada masa pandemi inilah ujian terberat yang harus diajalani. Meski begitu, Mimin mengaku bersyukur karena masih bisa bertahan. Bahkan pada masa pandemi masih bisa buka cabang baru di Semarang.

Sekarang The Crabbys punya 9 resto dan 100 karyawan. Semua dikelola dan dimiliki sendiri. Tidak ada yang kerjasama, tidak ada yang waralaba.

Mimin mengungkap, setiap membuka cabang barub utuh modal awal Rp 200 juta hinggaRp 400 juta. Modal yang digunakan untuk membuka cabang bersumber dari keuntungan.Tidak ada uang pinjaman pihak ketiga atau apalagi kredit bank.

"Saya dan suami, dulu sama-sama orang susah. Sudah terbiasa kerja keras dan hidup sederhana.Kami takut ambil kredit bank. Dengan mengembangkan uang sendiri, hati lebih nyaman.Tidak dikejar target angsuran," akunya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X