KRjogja.com, SLEMAN – Poltekkes Kemenkes Yogyakarta mewisuda 1.106 orang yang berasal dari jenjang diploma tiga, sarjana terapan dan profesi dari 16 program studi (prodi).
Selama ini 87 persen lulusan dari Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sudah terserap di fasilitas layanan kesehatan. Bahkan sudah ada 50 orang lulusan yang bekerja di luar negeri.
Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Dr Iswanto SPd MKes menjelaskan, wisudawan yang diwisuda ini terdiri dari diploma tiga sebanyak 343 orang, sarjana terapan 447 orang dan pendidikan profesi 316 orang. Diharapkan para wisudawan ini mampu mengisi kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia.
“Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta berasal dari 37 provinsi di Indonesia. Kami berharap, wisudawan ini kembali ke daerah asalnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan. Khususnya di daerah terpencil,” kata Iswanto Rabu (18/9) di Ballroom Sleman City Hall.
Dikatakan Iswanto, untuk IPK tertinggi 4,00. Untuk uji kompetensi nasional 99,4 persen. Sedangkan lulusan tepat waktu 95,1 persen. “Wisuda kali ini, ada 2 WNA dari Timor Leste. Dan uji kompetensi nasionalnya cukup besar yakni 99,4 persen,” terangnya.
Menurut Iswanto, total lulusan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sampai Tahun 2024 ini sebanyak 18.528 orang. Dari jumlah tersebut, 87 persen lulusan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sudah terserap di fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit baik negeri maupun swasta.
Bahkan sudah ada 50 orang lulusan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta bekerja di luar negeri seperti di Amerika, Inggris, Belanda, Jerman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, UEA, Jepang, Taiwan, Australia dan Timor Leste.
“Lulusan kami cukup besar yang terserap di fasilitas layanan kesehatan dan tersebar di seluruh Indonesia. Sisanya itu ada yang melanjutkan studi, membuka praktik atau bekerja di industri lain,” terangnya.
Sedangkan Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan drg Arianti Anaya MKM berharap, ilmu yang peroleh selama menuntut ilmu di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dapat bermanfaat di dunia kerja.
Selain itu mampu menyikapi berbagai kemajuan dan dinamika kesehatan masyarakat yang sangat cepat.
“Semoga para wisudawan dapat menjadi tenaga kesehatan yang profesional dan kompeten di bidangnya. Kemudian mampu menciptakan beragam inovasi teknologi kesehatan yang memajukan pembangunan kesehatan di Indonesia dan bersaing dengan kemajuan global,” pinta Arianti.
Isu kesehatan saat ini, lanjut Arianti, adalah penyakit katastropik penyebab kematian tertinggi dan berbiaya besar serta terbatasnya layanan kesehatan termasuk tidak meratanya SDM Kesehatan. Data SISDMK per Agustus 2024 ini, dari 10.415 Puskesmas yang ada di Indonesia 56 % diantaranya (4.581 Puskesmas) belum terpenuhi ketersediaan 9 jenis tenaga kesehatan (dengan kekurangan 9.225 orang tenaga kesehatan).
“Di DIY saja, masih terdapat kebutuhan 14 tenaga kesehatan untuk mengisi kekosongan tersebut yang terdiri dari 1 dokter gigi, 1 tenaga farmasi, 2 tenaga promosi kesehatan, 7 tenaga kesehatan lingkungan, 2 tenaga gizi, dan 1 tenaga laboratorium medik,” terangnya.
Untuk mengatasi isu kesehatan tersebut, Kementerian Kesehatan melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar yakni layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan.
Pelaksanaan Transformasi Kesehatan diperkuat dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan.