Pasederekan Trah HB II Lestarikan Budaya Teladan Leluhur

Photo Author
- Jumat, 11 April 2025 | 14:20 WIB
 Pengurus dan anggota pasederekan melaksanakan ziarah nyadran di pasarean HB II di Kotagede.
Pengurus dan anggota pasederekan melaksanakan ziarah nyadran di pasarean HB II di Kotagede.


KRjogja.com - YOGYA - Budaya sebagai hasil cipta, rasa dan karya manusia memilki fungsi identitas, pedoman tingkah laku dan pembeda antara kelompok masyarakat satu dengan lainnya. Budaya juga perlu dikelola agar bermanfaat bagi semua.

Berdasar pemahaman itu, lahirlah sebuah komunitas yang menamakan diri Pasederekan Trah HB II pada Juli 2018. Pasederekan ini meyakini jika berbagai karya Hamengku Buwono II yang memerintah Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1792-1810, 1811-1812 dan 1826-1828 masih sangat relevan untuk menjadi panduan kehidupan bermartabat dalam pergaulan antar suku dan bangsa pada saat ini.

“Keanggotaan Pasederekan Trah HB II adalah para keturunan HB II dan anggota masyarakat yang setuju pada pelestarian dan pengembangan karya HB II. Visi kami merangkul semua bagi pelestarian dan pengembangan karya HB II agar dapat terus bermanfaat bagi sesama dan semesta. Diksi pasederekan digunakan sebagai implementasi kultur jawa yang egaliter dan tidak membeda-bedakan. Yang pertama dan utama adalah tetap persaudaraan (pasederekan),” ungkap Ketua Pasederekan R Hendro Marwoto.

Baca Juga: Prof Dr Jebul Suroso Resmi Sandang Gelar Guru Besar, Disaksikan Dua Wakil Menteri

Paguyuban ini didirikan oleh 9 orang keturunan HB II, diantaranya R. Satrio Probo P, R. Hendro marwoto, R Heru Sumaryo, RM Hendro Susilo, dan RNgt. Retno. Tujuannya membangun semangat guyub rukun diantara semua keturunan HB II dan masyaraat luas serta mengelola semua potensi yang ada untuk kemajuan dan kebaikan masyarakat seluas-luasnya.

Program pokok pasederekan adalah pelestarian dan pengembangan budaya keteladanan HB II yang meliputi semua karya mendiang. Karya itu tersebar dan berupa karya seni dalam arti seluas-luasnya, pedoman kehidupan mulia dan karya teladan lainnya. “Kenapa pesederekan perlu didirikan dan dikembangkan ? jawabnya adalah pasederekan ini menjadi sarana kami mengoptimalkan segala potensi keturunan dan potensi masyarakat untuk tujuan kebermanfaatan bagi semua,” imbuh Hendro.

Implementasi atas program sudah dilakukan. Beberapa diantaranya berupa kegiatan doa bersama untuk HB II, keturunannya dan masyarakat luas. Bentuknya adalah upacara nyadran yang dilakukan tiap tahun di pasarean Kotagede. Berikutnya adalah membangun semangat guyub rukun keturunan dan masyarakat lewat kegiatan syawalan yang juga dilaksanakan tiap tahun.

Baca Juga: Marcos Reina Torres Sosok Pelatih Baru PSIM?

Dari sisi budaya, telah dilaksanakan kegiatan Jamasan Pusaka pada setiap bulan Suro (jawa) dengan peserta umum. Hal ini merupakan manifestasi dari budaya teladan leluhur. Kemudian kegiatan pelatihan Ngadibusuno Gagrak Yogyakarta, yang juga terbuka untuk umum. Kepada peserta pelatihan diberikan sertifikat yang ditandatangani kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Kegiatan yang lain adalah penyelenggaraan wisata religi berupa kunjungan dan diskusi ke lokasi kelahiran HB II di lereng gunung Sindoro-Sumbing Kabupaten Wonosobo. Adapun untuk bidang lingkungan juga sudah dilakukan berupa dukungan pada kegiatan masyarakat, misalnya pada acara bersih desa di desa Sereal Windusari Kabupaten Magelang.

Menurut bagian sekretariat Heru Sumaryo, ke depan, pasederekan akan menginisiasi program yang lebih langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kegiatan itu berupa stimulan dan pemberian bantuan dana pendidikan, terutama untuk kalangan klas bawah. “Kami akan terus menggali potensi yang dimiliki anggota pasederekan yang berasal dari beragam profesi seperti dosen, seniman-budayawan, wirausahawan, pakar terapis, anggota DPRD, Mahasiswa dan ASN,” jelasnya.

Baca Juga: Prof Dr Jebul Suroso Resmi Sandang Gelar Guru Besar, Disaksikan Dua Wakil Menteri

“Bahkan jika dirunut, presiden saat ini Pak Prabowo Subianto juga merupakan bagian dari keturunan HB II dari perkawinan buyut beliau R. Tumengung Mangkuprojo dengan R.A Djojoatmojo. Demikian juga presiden pertama kita, Ir Sukarno yang merupakan grade ke-6 dari HB II dari garis kakek beliau RM. Mangundiwirjo,” pungkas Heru.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X