Rajutan Asa Ibu Supartini dari Keterpurukan Menuju Pemberdayaan Perempuan Difabel

Photo Author
- Minggu, 18 Mei 2025 | 06:30 WIB
Ibu Supartini bersama produk usahanya. (Istimewa)
Ibu Supartini bersama produk usahanya. (Istimewa)

Krjogja.com - YOGYA - Gempa 2020 yang melanda sejumlah wilayah di DIY dan Jawa Tengah, sangat berdampak di sektor perekonomian masyarakat.

Salah satunya Ibu Supartini warga Kabupaten Bantul DIY. Ia mulai mencoba kembali merajut keahlian yang telah lama ia miliki. Awalnya, ia hanya membantu teman-teman membuat produk rajut dengan bahan yang dipinjamkan.

Baca Juga: Half Marathon BRI Dukung Purwokerto 2025: Dorong Sport Tourism dan Pemberdayaan UMKM Lokal

Namun keterbatasan modal menjadi hambatan besar untuk berkembang.

Hingga pada awal 2021, ia bertemu dengan program pembiayaan Mekaar dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dari sinilah titik balik dimulai.

Dengan pinjaman modal awal dari PNM Mekaar, Ibu Supartini dapat membeli benang sendiri dan mulai memproduksi tas, dompet serta boneka rajut yang dipasarkan secara mandiri.

Baca Juga: Festival Olahraga Masyarakat Libatkan 589 Pegiat dan 72 Jenis Olahraga

Bahkan, ketika permintaan meningkat, ia tidak bekerja sendiri. Ibu Supartini justru menggandeng perempuan-perempuan difabel lainnya dalam komunitas HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia) Bantul untuk ikut memproduksi.

Ia melatih mereka merajut, menciptakan ekosistem kerja produktif dan kolaboratif yang mengangkat martabat banyak perempuan dengan keterbatasan fisik.

Kini, produknya menembus pasar internasional, termasuk pesanan 100 tas dari The Sack. Meski belum bermitra dengan pusat oleh-oleh, ia aktif mengikuti pameran untuk memasarkan produknya.

Menurut Direktur Utama PNM Arief Mulyadi, kisah Ibu Supartini bisa jadi pengingat kalau keterbatasan fisik bukanlah batasan untuk berkarya.

"Di PNM kami percaya, setiap perempuan Indonesia termasuk yang menyandang disabilitas memiliki potensi luar biasa untuk bangkit dan berkembang. Karena itu, kami memberikan layanan yang setara tanpa membeda-bedakan. Semua nasabah berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh, peduli dan menginspirasi lingkungan sekitarnya,” ujarnya.

Di balik kesibukannya sebagai pelaku UMKM, Ibu Supartini juga menjalani peran sebagai ibu dan nenek. Ia tinggal bersama anak bungsu dan cucunya, serta menjadi mitra ojek online dalam program Difabike untuk mendukung UMKM lokal.

Lebih dari sekadar usaha, apa yang dilakukan Ibu Supartini merupakan bentuk nyata pemberdayaan masyarakat. Ia menghidupkan harapan bagi banyak ibu rumah tangga dan perempuan difabel untuk tetap produktif dan berdaya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X