Resa menegaskan, aksi malam ini bukan bentuk konfrontasi, melainkan pengingat bahwa Kampung Pengok bukan sekadar deretan rumah, tetapi ruang hidup, ruang kebersamaan, dan ruang kebudayaan yang ingin terus dirawat bersama.
“Kami hanya ingin tetap bisa mengabdi kepada tanah kelahiran kami. Kami ingin terus merawat kebersamaan, membantu tetangga, dan menjaga tradisi yang sudah puluhan tahun tumbuh di sini—mulai dari kenduri, jathilan, karawitan, macapat rumah, sedekah bumi yang sudah jarang di perkotaan, tapi dari kami ada kecil-kecilan, pentas budaya Nusantara disetiap acara (17-an, Sumpah Pemuda, dll) gotong royong, sampai kebiasaan saling menguatkan ketika salah satu keluarga ditimpa kesusahan. Semoga doa dan ikhtiar sederhana ini bisa membuka jalan bagi kelancaran pengurusan legalitas, serta menghadirkan masa depan yang lebih pasti," tegas Resa.
Aksi 1000 Lilin malam ini ditutup dengan doa lintas keyakinan dan pembacaan harapan bersama, lalu penyalaan lilin sebagai simbol bahwa meski dalam keterbatasan, harapan tak pernah padam.
"Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang hadir, mendukung, dan ikut mendoakan. Semoga ikhtiar ini menjadi penguat langkah-langkah berikutnya untuk mewujudkan Kampung Pengok sebagai ruang hidup yang aman, damai, dan bermartabat bagi seluruh warganya", pungkasnya.(*-1)