Krjogja.com - YOGYA - Mengenalkan Macapat kepada anak-anak merupakan hal dasar untuk melestarikan budaya Jawa. Macapat mampu mengasah kreativitas dan kemampuan bahasa anak-anak sekaligus mengenalkan budaya Jawa dan memahami nilai-nilai tradisional.
Tembang Macapat warisan leluhur Jawa ini menarik untuk ditembangkan karena selain nadanya khas, juga mengandung nilai-nilai moral serta kebijaksanaan hidup.
Baca Juga: Momen Akhir Libur Sekolah, Ini Daftar Desa Wisata Bakti BCA yang Tawarkan Diskon 30 Persen di Jogja
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X mengajak generasi dengan menggelar Internalisasi tembang Macapat di Pendapa Dalem Jayadipuran. Hal itu untuk mengenal, menembangkan, melestarikan, serta memaknai pesan yang disampaikan pada setiap tembangnya.
Kegiatan dibuka oleh Kepala BPK Wilayah X yaitu Manggar Sari Ayuati.
Warsito selaku Pamong Budaya Ahli Muda Balai BPK Wilayah X menuturkan kegiatan ini menyasar ke anak-anak di usia SD- SMP di DIY terkait pemanfaatan tembang.
Baca Juga: PSIM Banjir Tawaran Ujicoba Jelang Super League
"Internalisasi macapat ini mengarah ke pendidikan karakter. Kami ingin memotivasi masyarakat melalui anak-anak supaya mengenal, beri interaksi langsung, belajar bersama-sama tentang macapat. Kegiatan ini gratis dan bermanfaat untuk mengisi libur sekolah," kata Warsito (10/7/25).
Warsito menjelaskan sebelum kegiatan ini digelar, diadakan pelatihan bersama dulu supaya anak-anak lebih memahami.
"Supaya tidak takut, kemarin juga ada sosialisasi dulu sebelum pelaksanaan satu hari ini. Ada narasumber kita yang membimbing untuk belajar tembang-tembang itu. Karena peserta dari berbagai latar belakang. Ada yang sering sudah ikut lomba, pernah juara, ada yang belum masih belum pernah sama sekali, jadi kita beri kesempatan untuk orientasi," tambahnya.
Narasumber sekaligus praktisi budaya Jawa, Ki Saridal menuturkan kegiatan ini tentunya tidak dapat terlepas dari peran serta generasi sekarang untuk dapat terlibat pelestarian tembang macapat.
"Hari ini muncul para pejuang pelestari budaya terutama macapat di DIY melalui anak-anak. Tembang macapat kali ini mengambil sumber dari Serat Kancil. Kali ini anak-anak nembang sesuai dengan usia mereka. Untuk SMP itu ada tembang Pangkur, Kinanti, dan Mijil. Untuk anak-anak SD ada tembang Pucung, Maskumambang dan ada tembang Gambuh. Itu sudah sesuai dengan muatan pelajaran di sekolah. Harapannya dengan acara ini anak-anak diharapkan menjadi pelestari budaya Jawa," ujar Ki Saridal yang juga guru di SDN Tukangan. (*3)