Krjogja.com – YOGYA – Pertunjukan seni tradisional kerakyatan Se Se Hokse kembali digelar di Taman Budaya Embung Giwangan pada 14-19 Juli 2025.
Mengusung pijakan dari kesenian rakyat (Srandul) asal Kotagede, pertunjukan ini hadir sebagai bentuk pelestarian budaya lokal yang dikemas secara inovatif dan menarik sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dengan agenda rutin (reguler) di Taman Budaya Embung Yogyakarta.
Baca Juga: Polantas Karanganyar Sosialisasi Tertib Lalu Lintas di CFD
Se Se Hokse bukanlah pertunjukan seni tradisional yang kaku. Di awal pementasan, ketua kelompok Se Se Hokse aktif berinteraksi dengan penonton. Lebih lanjut, candaan dan lawakan yang renyah juga mampu menghibur hati para penonton.
Penampilan Se Se Hokse menyajikan seni kerakyatan yang dikemas secara kontemporer, tetap relevan terhadap perkembangan zaman tanpa menghilangkan esensi atau nilai budaya Se Se Hokse itu sendiri.
Setelah interaksi yang cukup aktif dengan penonton, pertunjukan dilanjut dengan tarian-tarian yang diiringi teriakan sahut-menyahut dari anggota kelompok Se Se Hokse.
Baca Juga: Warga Amerika Terseret Ombak Parangtritis Berhasil Diselamatkan
Pertunjukan mencapai puncaknya kala lampu taman diredupkan dan para anggota tim Se Se Hokse datang membawa obor, lantas menyuguhkan pertunjukan api yang memukau.
Penonton pun dibuat terpukau oleh aksi pertunjukan yang meriah. Lebih lanjut, penonton juga diberi kesempatan untuk memegang obor, maju ke depan dan menari-nari bersama tim Se Se Hokse. Pertunjukan pun diakhiri dengan semburan api secara serampak oleh tim Se Se Hokse.
Respons positif juga datang dari para penonton yang hadir. Mereka mengapresiasi kinerja panitia dan tim produksi dalam upaya pelestarian budaya yang dikemas secara menarik melalui pertunjukan seni kerakyatan di Taman Budaya Embung Giwangan. Salah satunya Dian, warga asal Piyungan yang mengaku sengaja datang untuk menyaksikan kesenian daerah yang ditampilkan di lokasi tersebut.
"Saya antusias sekali melihat kesenian daerah di Indonesia, khususnya di Jogja. Menurut saya ini penting banget untuk dilestarikan, mengingat sedikit sekali anak-anak zaman sekarang yang memiliki minat untuk mengenal budaya daerahnya masing-masing. Mereka lebih sibuk dengan gadget dan cenderung lebih suka budaya kebarat-baratan," ujar Dian saat ditemui seusai pertunjukan, Sabtu (19/7).
Dian menyebut, keberadaan pertunjukan Se Se Hokse seperti ini bisa menjadi pengingat akan pentingnya budaya lokal sebagai identitas bangsa. "Identitas bangsa itu juga ada pada kebudayaan yang hidup di daerah-daerah. Jadi kalau tidak dilestarikan, kita bisa kehilangan jati diri," tambahnya.
Lebih lanjut, Jalu selaku tim produksi Se Se Hokse menjelaskan bahwa pertunjukan ini berpijak pada kesenian rakyat (Srandul) yang berasal dari Kotagede, Yogyakarta. Seni kerakyatan ini dikemas secara menarik supaya bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.
"Kalau kita berkaca dari sini, pertunjukan yang ditampilkan di Taman Budaya Giwangan ini adalah Se Se Hokse. Pijakannya dari serandul, kesenian rakyat dari Kotagede dan itu kami coba garap kembali dengan sajian yang lebih segar seperti ini," jelasnya.