yogyakarta

Berburu Uang Gaib Hingga ke Lereng Merapi

Rabu, 21 Oktober 2020 | 19:15 WIB

IKLAN jasa penarikan uang gaib dan sejenisnya banyak bermunculan di intenet. Terlebih pada situasi sulit seperti sekarang, mereka yang mengaku punya kemampuan menarik dan mewujudkan uang gaib dan harta karun, semakin gencar menawarkan jasa. Karena kenyataannya saat ini memang banyak orang mengalami kesulitan ekonomi akibat dampak pandemi Virus Corona.

Beberapa istilah mereka lontarkan untuk memikat konsumen pengguna jasa. Antara lain pesugihan tanpa tumbal diistilahkan pesugihan putih, tarik dana gaib, pesugihan jual musuh dengan menumbalkan orang-orang yang dianggap sebagai musuh dan kemiudian ditukar dengan sejumlah uang yang angkanya fantastis. "Modusnya bermacam-macam. Intinya membuat orang berminat dan mengikuti permainan mereka," komentar Kirman (56), nama samaran.

Kirman pernah tersesat bertualang di sindikat penjual mimpi tersebut. Awalnya tergiur mendengar cerita seorang teman, sebut saja Joko. Bahwa di lereng Gunung Merapi ada orang pintar bisa mengambilkan uang gaib dengan media keris omyang jimbe dan kembang setaman.

"Saya tertarik mencoba, karena saat itu butuh uang dalam jumlah besar. Kebetulan ada teman punya keris omyang jimbe, bisa dipinjam. Lalu saya hubungi teman yang punya cerita," kisah Kirman.

Semula Kirman menduga bahwa Joko sudah kenal dengan orang sakti yang dia ceritakan. Ternyata, Joko hanya mendengar cerita dari temannya. "Tunggu habis Isya. Mas Tono sedang dalam perjalanan," kata Joko.

"Lho, siapa Mas Tono?"

"Dia temanku yang menceritakan kemampuan Mbah Parto (samaran) mengambil uang gaib," jawab Joko.

Sabar menunggu sampai sekitar pukul 20.00 WIB. Benar orang yang disebut bernama Tono datang. Setelah bicara basa-basi, Tono yang ternyata pintar omong ini banyak cerita tentang dunia mistis.

Bukan hanya tentang Mbah Parto, lebih dari satu jam Tono cerita. Kirman mulai, gelisah. Karena sudah 3 jam lebih dia berada di rumah Joko dan belum ada kepastian, jam berapa ke rumah Mbah Parto. Joko sendiri setelah ada Tono, lebih banyak diam.

Tampaknya Tono membaca kegusaran Kirman. "Ini Mas Juni baru saja WA, 10 menit lagi sampai sini. Dia menunggu di minimarket depan gang. Mas Juni yang kenal dan pernah menyaksikan Simbah mengambil uang gaib. Saya sendiri belum pernah ketemu," tutur Tono.

Hampir pukul 22.00 WIB orang yang disebut bernama Juni mengabarkan, sudah menunggu di depan gang. Kirman, Joko dan Tono pun bergegas menyusul Juni, lalu mereka berempat pergi ke rumah Mbah Parto.

Jarak menuju rumah dukun yang dikatakan sakti dan suka tetulung kepada orang-orang kepepet tersebut 15 km. Jarak tempuh yang lumayan, apalagi lereng Gunung Merapi yang berudara dingin jika malam hari.

Kirman berharap malam itu akan memperoleh solusi atas problem keuangan yang sedang menghimpitnya. Dia sudah membawa keris omyang pinjaman dan bunga setaman yang disyaratkan. Tak lupa dia membawa 2 bungkus rokok untuk oleh-oleh Mbah Parto.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB