Mereka saling melemparkan pesan verbal maupun pesan visual. Entah pesan tersebut bermuatan politik. Bernuansa bisnis, sosial kemasyarakatan dan kebudayaan. Atau sebaliknya, pesan yang diunggah di medsos berupa berita bohong bersifat mengadu domba antarwarganet.
Terlepas pro dan kontra yang ada, sejatinya perang tagar merupakan representasi komunikasi sosial antar makhluk sosial. Kehadirannya menjadi penanda zaman era budaya layar. Sebuah tatanan zaman baru berisi interaksi sosial antar makhluk sosial yang senantiasa merindukan aktivitas berkomunikasi secara egaliter. Sebuah aktivitas komunikasi sosial yang didorong untuk tidak menghasilkan komunikasi berujung pada lubang miskomunikasi.
(Dr Sumbo Tinarbuko. Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 4 Mei 2018)