Profesionalisme dalam olahraga sepakbola pun menggandeng mitos seputar keharusan untuk memenuhi semuanya dalam takaran uang. Sebab timbangan profesional di dalam ranah olahraga senantiasa bergantung dari harga jual beli pemain dalam kumparan triadik pelatih, manajer dan penyandang dana.
Atas nama profesionalisme tersebut, dukungan dana atau sponsor pertandingan yang bersumber dari perolehan iklan merek produk barang dan jasa menjadi kebutuhan pokok di balik gemerlapnya penyelenggaraan Piala Dunia 2018. Akibatnya, olahraga sepakbola tidak dapat lagi membebaskan diri dari muatan nilai komersialisme yang ditebarkan merek produk barang dan jasa yang dikelola jaringan kapitalisme global.
Selain menebar teror komersialisme, tontonan pertandingan sepakbola Piala Dunia 2018 menjadi candu dunia. Ia sukses menjalankan aksi gendam visual bagi pecandu bola. Dalam perspektif budaya visual, Gendam visual tersebut dapat menyebabkan pecandu bola kehilangan akal sehatnya. Ia mendadak bersalin kepribadian menjadi anak kecil yang merengek tidak sabar menanti datangnya pertandingan bola.
(Dr Sumbo Tinarbuko. Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 23 Juni 2018)