Polda DIY Inisiasi Doa Lintas Agama dan Pengajian Akbar Bareng Gus Miftah

Photo Author
- Minggu, 15 Januari 2023 | 00:28 WIB
 Polda DIY menggandeng Pemerintah Propinsi DIY, Korem 072/Pamungkas dan didukung Kraton Jogja, serta para tokoh dan ulama menggelar pengajian akbar, Ngaji Kebangsaan Bersama Gus Miftah di Pasar Bantul, Jumat (13/1/2023).
Polda DIY menggandeng Pemerintah Propinsi DIY, Korem 072/Pamungkas dan didukung Kraton Jogja, serta para tokoh dan ulama menggelar pengajian akbar, Ngaji Kebangsaan Bersama Gus Miftah di Pasar Bantul, Jumat (13/1/2023).

Krjogja.com - BANTUL - Mengawali tahun 2023 dan memasuki tahun politik jelang Pemilu 2024 mendatang. Tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia datang dari berbagai arah. Selain potensi resesi global, Indonesia pernah mengalami situasi yang cukup panas menjelang pesta demokrasi sebelumnya.


Tantangan yang dihadapi tersebut bila tidak ditanggulangi secara bersama-sama akan berpotensi sebagai ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Seperti tantangan menguatnya politik identitas, disinformasi dan hoax, serta ujaran kebencian menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan.


Merespon situasi tersebut, Polda DIY menggandeng Pemerintah Propinsi DIY, Korem 072/Pamungkas dan didukung Kraton Jogja, serta para tokoh dan ulama menggelar pengajian akbar, Ngaji Kebangsaan Bersama Gus Miftah di Pasar Bantul, Jumat (13/1/2023).


Dihadiri ribuan warga masyarakat berbagai kalangan dari kabupaten Bantul dan sekitarnya, bahkan tidak hanya jamaahnya Gus Miftah saja, namun juga dari warga masyarakat dengan agama yang berbeda.


Ngaji kebangsaan dan Doa Awal Tahun untuk Indonesia ini turut dihadiri Kapolda beserta Wakapolda DIY, Danrem 072/Pamungkas, Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, Bupati Bantul, serta para pejabat Forkopimda dan tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu.


Di awali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa lintas agama, pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Kalasan tersebut memberikan kajian tentang indahnya perbedaan.


Dimulai dari perbedaannya tafsir antar Imam Maliki, Imam Hambali, Imam Syafii, dan Imam Hanafi. Hingga perbedaan menjadi hal yang seharusnya tidak dipermasalahkan.


Indonesia, menurutnya terdiri dari banyak bahasa, suku, dan agama. Dan hal ini patut untuk kita syukuri sebagai warga Indonesia.


"Allah SWT menakdirkan Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa namun kita berdiri dalam satu kesatuan yaitu Indonesia," katanya.


Dirinya kembali menyampaikan keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia ini telah teruji, namun Gus Miftah mengajak masyarakat untuk mengenali kelompok-kelompok intoleran yang akan membawa perpecahan.


Disebutkan, ciri-ciri orang yang menganut paham radikalisme antara lain mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tidak sependapat.


"Kita harus memahami Pancasila, yang memiliki lima sila agar Indonesia ini dapat menjaga keutuhan NKRI dan merawat kebhinnekaaan," katanya.


Secara khusus, Gus Miftah mengajak masyarakat untuk belajar agama dengan benar. Memilih guru yang benar, sehingga tafsir agama tidak didasarkan atas logika sendiri.


"Perbedaan itu hal biasa, jangan sampai tafsir yang kita pahami kita posisikan sebagai tafsir yang benar, sedangkan yang lain salah," lanjut Gus Miftah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X