BANTUL, KRJOGJA.com ‎- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai mengungkap penyebab kecelakaan bus wisata di Bukit Bego Jalan Imogiri - Dlingo Kedungbuweng Wukirsari Imogiri Bantul. KNKT juga memberikan tiga rekomendasi kepada Dinas Perhubungan DIY terkait kecelakaan maut itu. Kesimpulan didapat setelah KNKT, Dinas Perhubungan DIY, Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul serta Polda DIY datang ke lokasi kecelakaan untuk melakukan simulasi kecepatan bus ketika menabrak tebing, Senin (14/02/2022).
Plt Ketua Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan menjelaskan, pada jalan menurun di Jalan Imogiri - Dlingo bakal menimbulkan gaya gravitasi yang cukup besar. Untuk membuktikan analisanya tersebut, Kepala Dinas Perhubungan bersama dengan sopir dari mobil KNKT melakukan simulasi.
Sopir diminta ketika turun masuk gigi perneling dua, namun tidak dibarengi dan pengereman. Hal tersebut untuk mengetahui kecepatan kendaraan dalam jarak sekitar 500 meter dijalan menurun sebelum menabrak tebing.
"Pada saat bus sampai di lokasi kecelakaan, kecepatan kendaraan sampai 70 km /jam tanpa pengereman dan tanpa injak gas. Itulah gaya gravitasi bumi," ujarnya.
Artinya ketika jalan turun kemudian pengemudi melakukan pengereman tidak akan selesai. Karena akan terus didorong gaya gravitasi bumi sehingga risiko kampas bakal habis, angin habis pasti terjadi.
Peristiwa yang menimpa bus pariwisata karena sopir menggunakan gigi perneling tiga. Akibatnya bus dipaksa melakukan pengereman terus menerus.
Dampaknya gas akan habis karena angin tidak lagi diisi. Ketika gas tekanan dibawah enam bar, maka hanya akan keluar angin namun rem sudah tidak berfungsi.
"Jadi gas pengereman akan terisi kembali ketika sopir melakukan pengegasan. Namun ketika turun, sopir melakukan pengereman terus menurus. Yang terjadi gas akan keluar dan tidak diisi. Ketika tekanan gas sudah di bawah enam bar maka rem sudah loyo dan tidak berfungsi lagi," ujarnya.
Tidak berfungsinya rem sesuai keterangan kondektur bus yang selamat. Untuk kecepatan bus dalam simulasi mobil dobel kabin gigi dua tanpa injak gas dan rem mencapai 70 km/jam, maka kecepatan bus bisa lebih dari 70 km /jam.
KNKT sudah memeriksa sistem rem yang ada di bus dan cukup bagus, kondisi roda juga bagus termasuk gep kampas tidak ada masalah.‎ "Kecelakaan itu terjadi karena sopir menggunakan gigi persneling tiga pada saat menurun itu," ujarnya.
Sebagai contoh kata Ahmad, truk yang membawa alat berat melewati Bukit Bego dan tidak terjadi kecelakaan. Karena truk turun menggunakan gigi perneling satu, sopir tidak injak gas dan tidak ngerem. Tetapi truk berjalan pelan dan lancar melewati Bukit Bego.
"Kalau dilihat, truk dengan muatan alat berat dengan bus, lebih berbahaya truk. Truk berjalan perlahan pada persneling satu dibantu dengan engine breaks. Apa yang dilakukan sopir sangat benar tanpa menginjak rem," ujarnya.‎
Untuk mencegah peristiwa kecelakaan maut terulang, KNKT mengeluarkan tiga rekomendasi kepada Dinas Perhubungan DIY. Paling mendesak yakni Pemda DIY mesti segera menyusun road hazard mapping (memetakan hazard pada lintisan) destinasi wisata di seluruh DIY, bukan hanya di sini (Jalan Imogiri - Dlingo) saja. “Hal tersebut yang nantinya jadi pedoman dalam membuat kebijakan dan tindakan. Itu rekomendasi yang pertama," jelasnya.
Rekomendasi kedua dari KNKT ialah, Dinas Perhubungan DIY harus memasang papan peringatan di jalan dan di Bina Marga yang nantinya akan memasang jalur penyelamat dan kolam jebakan. "Rekomendasi ketiga adalah harus memberikan edukasi pengemudi bagaimana caranya melintasi jalan menurun, memindahkan gigi dan sebagainya," jelasnya.
Terkait pemasangann ban bekas dilokasi kecelakaan, Ahmad Wildan mengapresiasi kepada masyarakat. Tetapi tetap masih perlu dilakukan perbaikan.