BANTUL, KRJOGJA.com - Beberapa konsumen gas bersubsidi ukuran tiga kilogram atau gas melon mengeluhkan sulitnya mendapatkan barang. Selain itu, ketika mendapatkan barang dijual dengan harga tinggi oleh pengecer.
Berdasarkan pantauan KRJOGJA.com di kawasan Bambanglipuro, harga gas melon tembus Rp 24.000 pertabung. Sementara itu kelangkaan gas melon telah diantisipasi oleh Pemkab Bantul dengan menggelar operasi pasar di Pleret.
Salah satu konsumen warga Bambanglipuro Sudiyati (51) menuturkan sejak tiga hari lalu ia kesulitan mendapatkan gas melon. Ia yang sehari-hari berjualan gorengan mengaku waswas apabila gas melon langka di pasaran. "Meski harga mahal tetap saya beli karena butuh. Ini saya harus antre titip tabung dulu di pengecer supaya kebagian," katanya.
Senada, Agnes Wahyuni warga Tamanan Banguntapan, mengaku sulit mendapatkan gas melon di kawasannya. Meski harga dianggap tidak begitu tinggi yakni Rp 22.000 pertabung namun untuk mendapatkannya sulit.
"Saya mendapatkan tabung gas di pengecer dan pesan dulu. Pengecer juga katanya dibatasi beli maksimal hanya delapan tabung," akunya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan (Dindag) Kabupaten Bantul Jendro Darmoko, mengakui terjadinya keterbatasan gas melon. Sebagai solusi, Pertamina sudah memberikan droping berupa operasi pasar yang telah dilakukan di Pleret.
“Kelangkaan gas melon terjadi karena distribusi tidak merata antara permintaan dan kebutuhan. Selain itu juga akibat restoran dan rumah makan ternyata banyak yang menggunakan gas melon. Saya mengimbau kepada restoran dan rumah makan untuk tahu diri supaya tidak menggunakan barang subsidi," jelasnya.