BANTUL, KRJOGJA.com - Bencana itu mudah untuk diomongkan, terapi susah untuk menangani secara tuntas apabila tidak memiliki pengetahuan kebencanaan yang memadai. Bahkan, kalau ada bencana masyarakat itu ribut, bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Tak hanya itu, masyarakat mudah sekali lupa dengan bencana dan sedikit yang belajar dari peristiwa bencana. Kondisi ini selalu berulang, termasuk kurang waspada dengan potensi bencana.
Demikian diungkapkan Budi Setiawan, Ketua MDMC Disaster Management Center PP Muhammadiyah dalam acara 'Satu Jam Ngobrol Bencana (Sajana)' bertema 'Membangun Kesiapsiagaan Diri dari Ancaman Gempa Bumi dan Tsunami' di kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ringroad Selatan, Sabtu (03/08/2019). Acara tersebut dipandu Dholina Inamg Pambudi MPd (Ketua Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana UAD). Acara Sajana dibuka oleh Dr Widodo MSi (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat/LPPM UAD).
BACA JUGA :
BPBD Ingatkan Empat Potensi Bencana di DIY
Potensi Bencana Akibat Iklim di Indonesia Tinggi
Menurut Budi Setiawan, ada peristiwa bencana masyarakat umum ribut. "Taruhlah peristiwa gempa di Banten 7,4 SR, tadi malam di media sosial di televisi, beritanya begitu heboh," ucapnya. Khususnya di Indonesia potensi bencana dan peristiwa bencana bis berlangsung di mana saja, justru yang paling penting sekarang, bagaimaba membangun kesadaran, kesiapsiagaan diri dari ancaman gempa bumi dan tsunami.Â
"Bencana tidak bisa ditolak, tetapi yang penting kesiapsiagaan diri, meminimalisasi risiko bencana itu yang harus dimiliki," katanya. Ketika ada bencana, posisi di rumah apa yang harus dilakukan? Bagaimana menyelamatkan diri, menyelamatkan anggota keluarga? "Pengetahuan yang praktis dan mudah diingat harus dimiliki, bagi siapa saja," katanya.Â