BANTUL, KRJOGJA.com - Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Piyungan saat ini semakin memprihatinkan. Kapasitas sudah penuh namun tetap dipaksa menampung ratusan ton sampah tiap bulan dari kawasan Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul). Salah satu solusi dengan pengurukan pun terhambat oleh keberadaan sapi-sapi yang diumbar begitu saja.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Drs Masharun Ghozalie MM, didampingi Kepala Bidang Persampahan Limbah dan Pengembangan Kapasitas DLH Bantul Wahid menuturkan sebelumnya, TPST Piyungan merupakan TPST terbaik di Indonesia. Hal ini karena dari sisi tempat dianggap strategis dengan pengelolaan saat itu dinilai baik.
Baca juga :
'Overload', TPST Piyungan Mestinya Tutup
TPST Piyungan Makin 'Sesak', Butuh Lokasi Baru
Namun dalam perkembangannya, justru menjadi semakin memprihatinkan karena kurang konsisten dalam pengelolaan. â€Keberadaan air lindi (air limbah sampah) yang sudah penuh harus dibuang. Karena lindi menyebabkan vektor yakni binatang pembawa penyakit, aroma bau yang sangat tidak sedap dan berbahaya ketika lama terhirup manusia,†terangnya.
Sebenarnya kondisi itu dapat diantisipasi dengan pengurukan lapisan sampah secara rutin. Idealnya untuk pengurukan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan ketebalan antara 20 cm hingga 40 cm. Meski demikian, ternyata pengurukan sampah di TPST Piyungan tidak dapat dilakukan secara optimal.
â€Kendalanya karena banyak sapi yang diumbar mencari makanan di antara sampah-sampah tersebut. Selain itu pemulung juga banyak yang mencari sesuatu di kawasan ini. Yang paling mendesak adalah penanganan air lindi untuk segera dicarikan solusi,†imbuh Masharun.