BANTUL, KRJOGJA.com - Luapan Sungai Opak dan Oya menyapu ratusan rumah di tiga desa di Kecamatan Imogiri Bantul, Selasa (28/11/2017) malam. Aktivitas warga lumpuh total, ratusan jiwa diungsikan mulai dari anak-anak, orangtua hingga lansia.
Meski peristiwa mengerikan berangsur mereda seiring dengan surutnya air di dua sungai itu, namun tetap saja amukan air tersebut menyisakan trauma bagi sejumlah anak-anak. Mereka masih ingat betul  ketika ratusan rumah di kampungnya tanpa ampun dilabrak air, kondisi itu pula yang kini membekap  Jesi Ariela Putri Iskandar warga Mamriyan Desa Kebonagung Imogiri Bantul.
Ditemui di tempat pengungsian Balai Desa Kebonagung Kamis (30/11/2017) malam siswa kelas 4 SD Sriharjo ini mencurahkan isi perasaanya. Malam sebelum dibawa ke tempat aman oleh relawan, ia bersama orangtuanya saling bercengkerama karena hujan tidak kunjung reda.
Begitu air mulai naik masuk rumah, Jesi harus berdesak desakan mencari selamat bersama warga lain menuju tempat aman. Selama di Balai Desa Kebonagung, sehari waktunya dihabiskan bersama anak-anak lainya. "Saya takut banjir datang lagi," ujarnya polos.
Sementara hari pertama di pengungsian, diisi dengan beragam permainan serta hafalan doa-doa pendek. Anak-anak sejenak diajak melupakan banjir yang memaksanya mengungsi ke tempat yang jauh dari rumahnya.
"Sehari tadi anak-anak saya ajak bermain, termasuk membacakan doa doa sehari-hari. Bagi saya paling utama mereka bisa seneng dulu," ujar Panit Sabhara Polsek Imogiri, Ipda Susanti.
Perempuan tersebut mengungkapkan, kondisi pengungsi cukup beragam. Ada yang terlihat sudah biasa dan main layaknya anak-anak kebanyakan, tetapi ada juga yang kondisinya sangat memperihatinkan. Mereka terlihat murung dan terus berdekatan dengan orangtuanya.
Menurutnya, kondisi seperti itu tidak boleh berlarut-larut dan jangan sampai mereka merasa hidupnya tidak nyaman. Oleh karena itu kami berusaha mengajak mereka untuk bergembira. "Setidaknya anak -anak sementara waktu bisa  melupakan peristiwa banjir itu," ujar Susanti.