KULTUR Indonesia merupakan kultur kustom, hal tersebut yang melatarbelakangi berdirinya Freeflow pada tahun 2003. Freeflow merupakan sebuah bisnis kustom asal Bandung yang menjadi pelopor kustom di Indonesia.
"Kultur Indonesia sebenarnya adalah kultur kustom, contohnya saja lukisan-lukisan yang ada di bak truk. Sebenarnya itu sudah masuk dalam kategori kustom," kata salah satu crew Freeflow, Setyo Budiono. Dari pengamatan itulah, menurut Setyo, Muhammad Syamsul Fahmi (founder Freeflow) mencoba mengemasnya menjadi lebih modern.
Cara Freeflow untuk mengemas kultur kustom Indonesia menjadi lebih modern adalah dengan menerapkannya dalam berbagai aliran kustom. Beberapa aliran tersebut yaitu kustom motor dan kustom painting di helm, tangki motor, serta jaket kulit.
Budaya kustom di Amerika yang sedang naik daun pada tahun 2003 juga menjadi inspirasi bagi sang founder, Muhammad Syamsul Fahmi, untuk mendirikan bisnis custom bersama 10 crewnya. Media yang digunakan Freeflow bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah helm, jaket kulit, tangki bensin motor, dan skateboard.
Dalam dunia custom saat ini, tantangan terbesar yang dihadapi Freeflow sebagai pelopor adalah persaingan yang semakin ketat. Bertambahnya pesaing bahkan bisa berasal dari follower Freeflow.
 "Dulu kan belum banyak pelaku bisnis kustom, sekarang pelaku bisnis di industri kustom sudah semakin banyak, itulah tantangannya. Jadi harus terus-menerus meningkatkan kualitas salah satunya dengan berinovasi," ujar Setyo ditemui di kemeriahan Kustomf 2016.
Saat diwawancarai krjogja.com, Setyo tengah melukis tangki motor Royal Enfield untuk pinstripe carnival yang diadakan oleh Kustomfest 2016, Sabtu (8/10/2016). Di samping kanan dan kirinya, terdapat masing-masing tiga peserta lomba pinstripe carnival yang tengah melukis dengan media jaket kulit.