BANTUL, KRjogja.com – Komunitas relawan Jetis Breaker Community (JBC) resmi dikukuhkan dan dilantik dalam acara bertajuk Pengukuhan Legalitas dan Pelantikan Pengurus JBC, yang digelar di Kompleks Kapanewon Jetis, Bantul, Jumat (1/8/2025) malam.
Momen ini menandai komitmen para anggota JBC untuk hadir sebagai relawan yang solid, responsif, dan profesional dalam membantu masyarakat.
Acara pengukuhan dihadiri oleh perwakilan stake holder di Bantul, antara lain dari BPBD Bantul, Polsek, Koramil, serta unsur kalurahan dan kapanewon se-wilayah Jetis.
Prosesi pelantikan ditandai dengan pembacaan ikrar janji relawan dan pembagian Kartu Tanda Anggota (KTA) kepada seluruh anggota JBC oleh ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bantul.
Awalnya dari Pandemi, Kini Jadi Komunitas Relawan Serius
Ketua JBC, Dahroni, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa komunitas ini berawal pada masa pandemi COVID-19 sebagai sarana komunikasi antar warga untuk berbagi informasi dan bantuan saat pemberlakuan lockdown.
“Seiring waktu, JBC berkembang aktif dalam pengamanan kegiatan masyarakat, aksi sosial, serta mendampingi penanganan bencana di wilayah kapanewon Jetis,” ungkap Dahroni.
JBC saat ini memiliki 73 anggota aktif yang tersebar di kapanewon Jetis. Dalam perjalanannya, komunitas ini mengusung visi menjadi relawan yang solid, profesional, beretika, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“Kami berdiri dengan semangat solidaritas dan kepedulian, bukan hanya sebagai komunitas biasa, tapi sebagai relawan yang siap sedia di setiap kondisi darurat maupun sosial,” tegasnya.
Relawan Perlu Didukung Kemampuan dan Ketrapilan
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Bantul, Waljito, SH, turut memberikan apresiasi atas kehadiran dan semangat Jetis Breaker Community. Ia menyebutkan, saat ini terdapat 27 komunitas relawan di Bantul sehingga kehadiran JBC memperkuat barisan dalam menghadapi berbagai potensi bencana, baik alam, non-alam, maupun sosial di Kabupaten Bantul.
FPRB bersama BPBD Bantul berkomitmen memberikan pelatihan bagi para relawan seperti anggota JBC agar memiliki kompetensi teknis dan manajemen lapangan, khususnya dalam menghadapi situasi darurat dan penanganan bencana di masyarakat.
“JBC hadir dengan modal besar: keberanian, keikhlasan, dan bahkan dana pribadi untuk membantu masyarakat. Maka penting bagi kita untuk mendorong peningkatan kapasitas teman-teman melalui pelatihan kebencanaan,” ujar Waljito kepada KR.