Krjogja.com - BANTUL - Dulu jenis ikan sungai, seperti jenis wader, udang dan ikan-ikan lokal lainnya melimpah di sungai kita. Tetapi sekarang sudah sangat sulit ditemui. Ini bukan lagi soal ekonomi , tetapi soal masa depan ekosistem kita.
Ungkapan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih tersebut disampaikan pada kegiatan pembinaan teknis dan pengukuhan kader pengawas perikanan swadaya, sekaligus resmi mengukuhkan kader pengawas perikanan swadaya 2025 di Warung Omah Sewon Bantul.
Baca Juga: Mengenal Performative Male, Ramai di Tiktok hingga Dijadikan Kontes
Bupati Bantul juga menyoroti kondisi lingkungan hidup, khususnya perairan umum di Bantul yang kian memprihatinkan. Disebut populasi ikan di sungai-sungai wilayah Bantul mengalami penurunan drastis akibat praktik penangkapan yang merusak.
"Hari ini kita berbicara tentang penyelematan biota perairan kita. Saya ingin tegaskan , jangan ada lagi genosida ikan di sungai-sungai kita. Potas, setrum, dinamit ,semuanya adalah metode penghancuran massal yang membunuh ekosistem perairan. Ini berbahaya dan hari kita hentikan bersama," tegasnya.
Dijelaskan, Kabupaten Bantul adalah wilayah hilir dari hampir seluruh sungai besar di DIY, seperti sungai Oya, Opak, Code, Winongo, Bedog dan Progo. Sungai-sungai ini dulunya menjadi sumber protein masyarakat dan habitat bagi beragam ikan endemik.
Baca Juga: Kata Pieter Huistra Soal PSS Gabung Grup Timur
Tetapi sekarang sebagian besar kekayaan alam tersebut tinggal kenangan. Karena itu menurut Bupati Bantul, pentingnya kader pengawas perikanan swadaya sebagai ujung tombak penyelematan lingkungan di tingkat masyarakat.
Para kader akan menjadi mitra strategis pemerintah dalam memberikan edukasi , melakukan pengawasan dan mempelopori konservasi di lapangan.
Kegiatan ini diikuti kader dari 17 kapanewon SE Bantul , perwakilan dari FPRB, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, PSDKP Cilacap, Polairud, Polsek,Pokmaswas dan koordinator penyuluh perikanan.
Bupati Bantul juga mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam melakukan restocking atau penebaran ikan di sungai. Disarankan, agar masyarakat memilih ikan-ikan endemik lokal dan tidak menggunakan ikan predator seperti nila, yang bersifat invasif dan berpotensi mengancam keberlangsungan spesies asli. (Jdm)