KRjogja.com - BANTUL - Berbagai upaya dilakukan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sampah di lingkungannya masing-masing. Di Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, DIY misalnya, sudah terdapat sebuah Tempat Pengolahan Sampah (TPS) berbasis Reduce, Reuse and Recycle (3R).
Melalui pembangunan fasilitas Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, and Recycle (TPS3R) KUPAS, sampah di Kalurahan Panggungharjo ini telah diolah dan dipilah dengan baik. Menurut Manajer TPS3R KUPAS Panggungharjo Wojos, pengolahan sampah organik dari warga telah dilakukan secara mandiri oleh masing-masing warga menjadi pupuk organik, sehingga pasokan sampah organik berkurang.
Baca Juga: Peringati HUT 94, PSIM Gelar Doa Bersama Sederhana di Monumen PSSI
Namun, kondisi saat ini pengolahan sampah organik oleh warga menjadi pupuk memerlukan waktu cukup lama sekitar 30 hari, selain itu harga jual pupuk organik hasil olahan warga juga masih murah, sementara ketersediaan lahan terbatas.
Melihat belum optimalnya hasil pengolahan sampah organik di Kalurahan Panggungharjo, Tim Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Dosen Institut Sains dan Teknologi (IST) AKPRIND Yogyakarta hadir memberikan solusi. Tim diketuai Dewi Wahyuningtyas ST MEng, dengan anggota Prof Dr drh Wisnu Nur Cahyo dan Paramita Dwi Sukmawati ST MEng, serta didampingi Dr Dra Suparni Setyowati Rahayu MSi.
"Solusi yang diberikan berupa penerapan teknologi budidaya larva Black Soldier Fly atau lebih dikenal maggot serta manajemen usaha dengan percontohan di Padukuhan Sawit, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul," ujar Ketua Tim Hibah PKM Dosen IST AKPRIND Dewi Wahyuningtyas ST MEng, Selasa (5/9/2023).
Baca Juga: Empat Bulan Jadi Buron, Kini Meringkuk di Kamar Tahanan
Dijelaskan Dewi, kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan sejak akhir Juli hingga November 2023 mendatang. Kegiatan diawali sosialisasi program pada 22 Agustus lalu di Padukuhan Sawit, Kalurahan Panggungharjo, dihadiri Kepala Padukuhan Sawit Bagas, Ketua Pokgiat Tri Maryanto, Ketua Bank Sampah 'Barokah' Marni dan perwakilan warga Padukuhan Sawit.
"Solusi yang kami sampaikan yaitu pembuatan kandang untuk budidaya maggot, teknologi tepat guna berupa mesin pencacah sampah organik dan mesin sangrai/pengering maggot. Kami juga membantu dalam aspek usaha penjualan maggot kering melalui packaging dan digital marketing," papar Dewi.
Dengan sentuhan teknologi tepat guna didukung implementasi digitalisasi marketing, diharapkan pengolahan sampah organik yang semula masih mandiri menjadi pupuk dapat bertambah hasilnya dari penjualan maggot ini dan dapat dikelola oleh Bank Sampah Barokah secara berkelanjutan.
Baca Juga: Kaesang Dikabarkan Batal Ikut Pilkada Depok, Kenapa?
Menurut Dewi Wahyuningtyas, dalam pelaksanaannya Tim Hibah PKM Dosen IST AKPRIND yang lolos pendanaan pada tahun 2023 ini bekerja sama dengan Bank Sampah Barokah yang bersedia menyediakan lahan untuk pembangunan kandang budidaya maggot dan mengurus kelanjutan usaha dari penjualan maggot nantinya.
Dewi berharap, melalui rintisan usaha budidaya maggot ini pengolahan sampah organik menjadi lebih produktif, cepat dan optimal serta pendapatan warga meningkat. (San)