KRjogja.com - BANTUL - Ribuan warga Madura yang tinggal di Yogyakarta berkumpul di Gedung Serbaguna Adisutjipto Blok O Banguntapan Bantul, Kamis (6/6/2024) malam. Mereka melaksanakan halal bi halal tahun 2024 yang dihadiri pula oleh Prof Mahfud MD dan Gus Muwafiq.
Keluarga Madura Yogyakarta menjadi tuan rumah penyelenggaraan halal bi halal tersebut. Mereka yang turut adalah warga Madura yang ada di Jogja, baik sekolah, berkuliah maupun mengais rejeki.
Ketua Panitia Halal bi Halal, Ibnu Hajar, mengatakan paling tidak ada 3 ribuan warga Madura yang hadir dalam acara tersebut. Mereka berlatar pelajar, mahasiswa dan pengusaha yang berasal dari seluruh wilayah Pulau Madura.
Baca Juga: Bukti Surat Belum Lengkap, Sidang Penyebutan Non Pribumi di PN Yogya Ditunda Hingga Pekan Depan
"Tujuan kami berkumpul untuk mempererat tali silaturahmi. Ada yang mahasiswa, pelajar, pedagang sate, potong rambut, tukang gigi, burjo, warung, usaha besi sampai profesor dan pengusaha. Kami ingin merabuk semangat kebersamaan dan kebangsaan warga Madura di Jogja," ungkapnya.
Ibnu menyebut, secara khusus pertemuan tersebut dilakukan untuk ruang menggelorakan semangat toleransi dan kerukunan. Apalagi mereka berada di tanah rantau Jogja dan berbaur dengan masyarakat lintas kultur.
"Kami ingatkan kepada seluruh warga Madura untuk kedepankan toleransi, kerukunan karena kami merantau di Jogja, membaur dengan masyarakat sekitar. Ini kebetulan dari lima kabupaten di DIY hadir semua," lanjutnya.
Prof Mahfud MD sendiri menyapa secara langsung dan berbicara dengan tema Meneguhkan Komitmen Kebangsaan dan Keislaman Masyarakat Madura yang menjadi tagar utama acara. Mahfud menyampaikan makna halal bi halal harus diresapi warga Madura tak hanya di bulan Syawal seperti biasanya saja.
Baca Juga: HUT 78 Pomad, Pomdam IV Diponegoro Donorkan Darah 905 Kantong
"Saling meminta maaf tak harus menanti bulan Syawal, halal bi halal sering-sering boleh, tiga kali setahun boleh. Dalam agama disampaikan segera meminta maaf itu baik. Tapi di Indonesia ada tradisi halal bi halal di bulan Syawal, kebiasaan baik yang ditetapkan bersama, itu baik," ungkap Mahfud.
Di depan ribuan warga Madura, Mahfud juga berpesan agar terus menjunjung Keislaman dan Keindonesiaan selain Kemaduraan itu sendiri. Mahfud mengungkap bagaimana ketika industrialisasi di pertengahan 90-an silam diwacanakan di Madura oleh pemerintah pusat namun terwujud dengan persetujuan tiga hal tersebut sebagai benteng kokoh masyarakat.
"Industrialisasi tidak ditolak, tapi dengan tetap mengedepankan suasana Islam. Masyarakat Madura itu Indonesiawi, punya komitmen kebangsaan bahwa Indonesia adalah negara yang hadir dari barokah dan harus dijaga. Tak rusak, tak terpecah belah, tumbuh kemaksiatan dan tindakan tak terpuji. Harus utuh dan balance, nasionalisme kita jaga. Madurawi, tak bisa dilepaskan dari Islami, orang Madura taat beragama, menghormati ulama, santun, menggunakan Keislaman dalam hidup sehari-hari. Ini menjadi syarat pembangunan Madura yang masih relevan saat ini," sambung Mahfud.
Baca Juga: Cegah Penularan Polio Di Kulonprogo, Dinas Kesehatan Akan Gelar PIN Polio
Mahfud pun mengingatkan masyarakat Madura di Jogja untuk terus berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. "Kita jaga sebaik-baiknya apa yang ada di hidup kita," pungkas Mahfud. (Fxh)