Krjogja.com - BANTUL - Masyarakat Kalurahan Caturharjo Pandak Bantul melakukan gerakan mengelola sampah dengan cara seperti yang dilakukan nenek moyang terdahulu atau "Mengolah sampah dengan caranya Simbah". Yakni dengan membuat lubang jugangan .
Lurah Caturharjo Wasdiyanto menurutnya, gerakan membuat 5.000 jugangan ini merupakan upaya pengelolaan sampah organik berbasis masyarakat di Kalurahan Caturharjo, membuktikan bahwa persoalan sampah dapat ditangani melalui langkah sederhana dan konsisten.
Baca Juga: Gelar Forum Konsultasi Publik, BBV Wates Optimalkan Pelayanan Publik di Era Digital
"Dengan metode "Olah sampah cara Simbah" yang dimanifestasikan dengan pembuatan jugangan ini ternyata bisa menyelesaikan sampah organik yang ada di masyarakat," ungkap Wasdiyanto pada acara gerakan membuat 5.000 jugangan Selasa (8/7).
Selain mengatasi persoalan sampah, pembuatan jugangan ini juga menghasilkan pupuk kompos yang cocok untuk media tanaman. "Kedepan berpotensi untuk dikembangkan sebagai unit usaha Bumkal," imbuh Wasdiyanto.
Gerakan membuat 5.000 jugangan yang telah berjalan di Kalurahan Caturharjo merupakan adaptasi kearifan lokal , yakni mengembalikan sampah organik ke tanah melalui lobang- lobang jugangan di pekarangan warga sendiri.
Baca Juga: Sekolah Vokasi Undip Inisiasi Voca Migrant Corner
"Gerakan ini adalah bentuk nyata dari semangat kemandirian dan gotong - royong warga Khususnya para kader sampah yang telah berhasil menyelesaikan persoalan sampah keluarga," ungkap Lurah Caturharjo.
"Sementara Wakil Bupati Bantul Aris Suharyanta yang hadir pada kegiatan tersebut mengapresiasi inovasi Kalurahan Caturharharjo dalam menangani sampah secara mandiri. Jika 76 Kalurahan di Bantul masing- masing bisa membuat 5.000 jugangan seperti di Caturharjo, maka akan ada sekitar 375.000 jugangan. Itu berarti 70 persen masalah sampah bisa terselesaikan," papar Aris.
"Di Caturharjo ini sampah dikelola dengan baik, artinya salah satu unsur untuk menjaga kesehatan masyarakat akan terpenuhi," pungkas Wakil Bupati Bantul. ( Jdm )