Saat ini, pabrik Kenes berlokasi di Imogiri, Bantul, yang dipilih karena kedekatan keluarga. Dari tempat itulah ribuan tas, dompet, sabuk, hingga gantungan kunci dibuat dan dikirim ke berbagai daerah dalam maupun luar negeri.
Feri tak menampik bahwa lonjakan besar penjualan Kenes terjadi berkat platform daring. "Omzet terbesar memang dari Shopee, sampai 70 persen. Ini sangat membantu kami untuk bergerak," ungkapnya.
Setiap bulan, Kenes memproduksi hingga 10 ribu produk dan dari jumlah itu sekitar 5 ribu pieces berhasil terjual. Selain menjangkau pasar nasional, produk Kenes telah terbang ke Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Mereka kini menyiapkan langkah untuk ekspansi ke Yordania dan kawasan sekitarnya.
Pemasaran, selain beberapa toko offline, Kenes juga fokus pada marketplace daring Shopee. Betapa tidak, selama 16 jam sehari Kenes melakukan live selling melalui Shopee dan menyumbang hingga 35 persen total penjualan.
"Kami punya host live itu ganti setiap empat jam sekali. Sehari kami live 16 jam mulai 7 pagi sampai 11 malam. Kalau puasa kita tambah sampai sahur juga biasanya," lanjut Feri.
Dari penjualan Instagram, pameran ke berbagai kota, hingga mengandalkan marketplace, Feri menyebut semua fase itu menjadi bagian penting perjalanan Kenes Leather. "Sekarang kami sudah punya lebih dari 60 karyawan dan mitra. Dari awalnya sendiri di garasi, sampai bisa sebesar ini, saya sangat bersyukur," lanjutnya.
Kenes Leather menjadi bukti bahwa kualitas, konsistensi, dan keberanian membangun produk sendiri dapat membuka jalan menuju pasar yang lebih luas. Dari sebuah garasi kecil di Yogyakarta, kini Kenes telah menjelma menjadi brand kulit lokal yang diperhitungkan hingga mancanegara. (Fxh)