Krjogja.com-BANYUMAS- Warga Banyumas, Jawa Tengah, terutama yang berada di selatan lereng Gunung Slamet beberapa waktu lalu menggelar doa bersama atau tradisi " Gandulan". Tradisi ' Gandulan' dilakukan setelah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Slamet dari level normal menjadi level waspada sejak Kamis (19/10/2023) pukul 08.00 WIB.
Tradisi 'Gandulan' adalah tradisi yang dilakukan warga yang berharap Gunung Slamet tidak meletus besar dan menebar bencana.
"Pada tradisi ini warga secara mandiri maupun kelompok membuat sayur yang berbahan pokok pepaya muda dan daunnya. Pepaya dalam bahasa Banyumas disebut gandul," kata Sunar Budiyanto Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Kedungmalang yang memimpin doa.
Dikatakan dengan membiasakan diri mengkonsumsi sayur berbahan pepaya muda dan daunnya warga tidak akan kaget untuk hidup dalam kondisi keprihatinan.
Baca Juga: Polda Jateng Tanam Pohon Dukung Program Ekonomi Hijau
Sebagaimana kita ketahui pohon pepaya mudah didapat dan berharga relatif murah bahkan di desa tidak perlu membeli. Pepaya merupakan buah dengan tingkat nutrisi yang tinggi sehingga dengan mengkonsumsi sayur gandul atau pepaya warga akan mempunyai stamina yang cukup saat menghadapi bencana.
Sementara itu kata gandul sebagaimana telah disebutkan di atas mempunyai makna sebagi doa agar status Gunung Slamet yang waspada aman tetap nggandul atau menggantung tidak meningkat menjadi kondisi yang membahayakan.
Tradisi gandulan yang merupakan bentuk kearifan lokal dalam bersikap terhadap akan terjadinya bencana perlu dilestarikan.
"Tradisi gandulan dapat dijadikan wadah komunikasi antar warga, dan juga wadah bagi aparat setempat untuk meredam keresahan warga terkait kondisi waspada yang ditetapkan," tambahnya.
Melalui tradisi gandulan warga diharapakan mendapat informasi yang benar terkait status gunung Slamet yang terakhir. Dengan tradisi gandulan diharapakan tercipta aura positif semua pihak dalam menyikapi batuknya sang raksasa hijau Gunung Slamet. (*)