Krjogja.com Banjarnegara - Sejumlah peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang tergabung dalam Pusat Penelitian Panasbumi Fakultas Teknik UGM, berhasil memproses limbah silika yang keluar dari sumur panasbumi di Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Dieng menjadi penyubur dan penjaga tanaman kentang.
Dari panen perdana kentang dengan penyubur dan pemberantas hama berbahan silika yang dilakukan bersama PT Geo Dipa Energi (Persero) 'GeoDipa' selaku pengelola PLTP Dieng dan Tim FT UGM di kawasan Sumur Dieng 38 di Desa Karangtengah Jumat (5/6) membuktikan, produksi kentang cukup bagus. Pupuk limbah panasbumi itu diberi nama 'Sulasih Sulanjana'.
Dirut PT Geo Dipa Energi (Persero) Yudistian Yunis mengatakan ujicoba penggunaan pupuk Sulasih Sulanjana berbahan baku limbah sumur panasbumi merupakan upaya GeoDipa mencoba memanfaatkan semaksimal mungkin produk-produk dari panas bumi selain untuk pembangkit listrik.
"Patut disyukuri, hari ini kita berhasil membuktikan bahwa silika yang ada air panas yang berasal dari perut bumi ini sangat bermanfaat untuk petani sebagai pengganti pupuk kimia," katanya.
Menurut Yudistian, selama ini unsur silika dari perut bumi menjadi masalah karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tinggi untuk meparawat pipa-pipa akibat terkena plak silika. "Dengan mengumpulkan silika di satu tempat untuk diolah menjadi bahan pupuk, maka satu permasalah lingkungan selesai, karena sebelumnya perusahaan bingung untuk membuang limbah silika. Hari ini terbukti, silika menjadi keberkahan dan bermanfaat bagi lingkungan," katanya.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Dr. Selo, mengatakan, Tim Peneliti memproses silika dan unsur-unsur bermanfaat lainnya dengan teknologi nano-partikulat menjadi booster cair yang ramah lingkungan yang siap diaplikasikan pada pertanian di Dieng. "Endapan silika dan unsur-unsur penyertanya bermanfaat bagi tanaman karena meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan terhadap serangan hama," katanya.
Tentang nama pupuk 'Sulasih-Sulanjana', diambil dari nama dewa dewi penyubur dan penjaga tanaman. "Penelitian ini mengakar pada kearifan lokal yang tersirat dalam tembang pengiring tari Lengger mengenai upaya mengelola sumber daya dengan tetap menjaga kelestarian alam," ujarnya. (Mad)