Krjogja.com, Cilacap- Warga Desa Bunton di pesisir selatan Cilacap perlahan berbenah. Wilayah yang dahulu rawan terjangan banjir rob kini mulai berubah wajah berkat pembangunan ekowisata dan program penanaman mangrove oleh warga setempat. Inisiatif ini tidak hanya menyelamatkan pertanian warga, tapi juga membuka jalan baru bagi perekonomian desa melalui pariwisata berbasis alam.
"Kalau dulu air laut pasang bisa masuk sampai sawah. Tapi sekarang sejak ada mangrove, air nggak sampai ke lahan, petani jadi bisa panen padi", ujar Jaban Sukarto, salah satu penggerak lokal (local heroes) sekaligus Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Lestari dalam pengembangan Ekowisata Mangrove Bunton, Senin (19/05/2025).
Pada lahan seluas 6 hektar di Wilayah Wisata Pinggir Kali (WPK) Pantai Bunton yang membentang hingga ke muara kini ditanami mangrove oleh sekitar 20 petani hutan aktif. Keberadaan Mangrove itu kini menjadi pelindung alami dari abrasi dan banjir rob Laut Selatan. Hutan Mangrove diketahui mengubah ekologi baru dengan datangnya ratusan burung yang bertengger, dan bertelur disitu.
Menurut Jaban, perubahan sikap warga terhadap penghijauan tidak terjadi dalam semalam. "Awalnya Pemerintah Desa juga kurang yakin, katanya penghijauan nggak penting. Tapi setelah dilihat manfaatnya dari sisi wisata dan ekonomi baru mereka percaya",jelasnya.
Selain mangrove, warga juga menanam pohon ketapang laut dan cemara pantai untuk memperkuat vegetasi pesisir. Proyek ekowisata yang sedang dirintis pun mulai menunjukkan geliat. Meski fasilitas seperti dermaga belum tersedia, kawasan sudah dikunjungi pelajar dan komunitas yang belajar soal konservasi.
Kehadiran generasi muda juga menjadi warna tersendiri, karena Anak-anak muda yang dulu fokus berternak, kini mulai terlibat dalam kegiatan konservasi. “Rumput laut dulu dibuang, sekarang dimanfaatkan. Mereka juga mulai paham pentingnya pupuk dan pelatihan menanam mangrove", katanya.
Kolaborasi pengelolaan ekowisata Bunton dengan Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu Opak dan berbagai pihak lain bisa memperkuat ekosistem pesisir yang tangguh.
“Wilayah pesisir seperti Bunton rentan terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga penanaman mangrove menjadi bentuk adaptasi berbasis alam yang paling efektif untuk meminimalkan risiko banjir dan abrasi", ujar Mamit Setiawan Sekretaris Perusahaan PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI).
Yang menarik, lanjutnya, kawasan ekowisata itu berada tepat di belakang PLTU Adipala dimana PLN EPI memasok energi primer untuk pembangkit tersebut. "Selain mendukung penghijauan di pesisir, PLN EPI juga mengembangkan Ekowisata Mangrove di sekitar Wisata Pinggir Kali (WPK) Pantai Bunton, dengan memanfaatkan lahan di kawasan pantai untuk ditanami tanaman yang dapat mereduksi karbon dioksida yang dibuang ke udara dari proses pembakaran di PLTU Adipala tersebut,"katanya.
Dengan membentuk ekowisata mangrove, masyarakat tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi baru melalui program pemberdayaan UMKM masyarakat sekitar,"tambahnya. Dimana tanaman mangrove tersebut dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan makanan ringan.
Dijelaskan, pendekatan itu mendorong terbentuknya ekonomi sirkular berbasis komunitas, yang menjadikan warga semakin mandiri secara ekonomi.
“Kami ingin masyarakat menjadi bagian dalam mendukung terciptanya lingkungan yang bersih, lestari, dan ekonomi tumbuh, maka kesejahteraan menjadi berkelanjutan",jelasnya.
Diharapkan kedepan kawasan tersebut dapat menjadi model integrasi antara konservasi lingkungan, penguatan ekonomi desa, dan transformasi menuju Green Energy yang dilakukan bersama dengan masyarakat sekitar.(Otu)