BANYUMAS (KRjogja.com) - Pengakuan Unesco bahwa Indonesia sebagai pemilik batik, harus dijaga dan dikembangkan masyarakatnya sampai kapanpun. Salah satu cara menjaga budaya membatik masyarakat Indonesia adalah dengan kegiatan membatik melalui pendidikan formal yang dimulai dari usia SD.
“Memeringati Hari Batik Nasional sekarang ini, siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Ajibarang, Banyumas menggelar latihan membuat batik yang dipandu langsung oleh perajin batik asal Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Ini salah satu cara kami agar batik ke depan tetap eksis dan berkembang†kata Welas Rarasati, Kepala MIM Ajibarang, di sela-sela kegiatan siswa membatik, Rabu (21/12).
Disebutkan, sebanyak 170 siswa kelas 3 hingga kelas 6 mengikuti pelatihan membatik di halaman sekolah, bertujuan untuk mengenalkan cara proses membuat batik kepada siswa. “Seni batik yang sudah diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia memang harus dijaga. Jangan sampai generasi penerus kita malah tidak tahu seni batik, warisan seni budaya milik kita sendiri,†kata Welas Rarasati.
Kegiatan membatik siswa pilihan di MIM Ajibarang tersebut dimulai dari cara menggoreskan malam yang sudah dipanaskan menggunakan alat canting di atas kain ukuran 40 cm x40 cm. Para siswa serius membuat batik motif bunga serta burung garuda. Setelah selesai membuat batik tulis, hasilnya dikumpulkan dan menurut rencana akan dipajang dalam pigura. “Kami rencananya akan memajang batik hasil karya siswa dengan dibuat pigura, karena hasilnya memang sangat menarik dipandang,†ujarnya.
Kegiatan terkait membatik juga dilakukan siswa pilihan SMP Negeri 5 Purwokerto. Sebanyak 120 siswa mengikuti lomba memberi warna pada gambar desain batik. Kegiatan ini masih dalam rangka memperingati adanya hari batik tahun 2016. Untuk gambar desain batik tersebut berbahan kertas berukuran folio, sedangkan pewarnanya menggunakan crayon dan spidol. Siswa bebas dalam pewarnaanya asalkan warna tidak lebih dari 3 macam.
Kepala SMP Negeri 5 Purwokerto, Ibnu Tavip Martapa, mengatakan, kegiatan tersebut sengaja diadakan guna menanamkan rasa cinta bagi siswa terhadap karya seni batik yang telah diakui PBB 7 tahun lalu sebagai karya asli bangsa Indonesia. “Dengan turut mencoba memberi pewarnaan pada desain batik, setidaknya mereka tahu aturan yang ada dalam pewarnaan khas batik†katanya. (Ero)