KESENIAN pedalangan (wayang) khas Banyumasan wayang/dalang Jemblung, tidak ada satupun tumbuh di daerah lain se-Indonesia. Jenis kesenian mirip acapella ini, di kabupaten Banyumas hanya tinggal 1 grup yang masih hidup, dengan pemain yang sudah kakek-nenek, itupun jarang sekali pentas. Tetapi ternyata kini dhalang jemblung Panca Laras, yakni seni wayang jemblung siswa-siswi SMP Negeri 5 Purwokerto tiba-tiba sering manggung sejak sebelum Ramadan hingga sekarang, dan langsung mampu menggebrak memukau banyak penonton. Maka jelas, grup Dalang/wayang Jemblung Panca Laras SMP negeri 5 menjadi pewaris satu-satunya seni pedalangan khas Banyumasan tersebut.
Pelatih wayang jemblung Panca Laras SMP Negeri 5 Purwokerto, Cipto Pratomo, usai pentas Wayang Jemblung Ngabuburit, mengatakan, selama ini grup wayang jemblung SMP negeri 5 lebih banyak pentas di lingkungan sekolahnya saja. "Kami tahu kesenian pentatonik cangkem (mulut) tersebut hanya tinggal 1 grup yang hidup, yakni di Tambak, Banyumas, dengan pemain yang sudah uzur usianya. Grup lain sudah mati. Grup jemblung sekolah ini memang dalam rangka meneruskan warisan agung leluhur Banyumas. Kesenian cerita wayang yang dimainkan serba pakai mulut ini memang sejak dulu tak ada di daerah lain. Ini harus dilestarikan" ujarnya, Selasa (21/6).
Karena pemain adalah 4 siswa yang masih belia, tak pelak pentas dalam rangka pembukaan Pameran buku di Perputakaan dan Arsip Kabupaten Banyumas menjadi amat menarik. Apalagi melalui mulut, remaja tersebut sudah nampak lihai memainkan bunyi saron, kempul, bonang, gong sampai kendhang dengan kemiripan yang sempurna. Sindennya juga sudah apik nembang Banyumasan dalam note slendro pelog. Ditambah cerita yang dimainkan amat kontemporer, yakni “Perpusda Mbarang Gaweâ€, sungguh jadi amat kocak menghibur.
Cipto Pratomo menandaskan, wayang jemblung dalam pentas berdurasi 1 jam bisa ambil cerita apa saja. "Mau cerita Mahabarata, Ramayana, Menak juga boleh. Bahkan cerita kontemporer diambil dari cerpen, atau novel ya boleh. Itulah sebabnya kami pun bikin naskah sendiri, lalu dipentaskan, judulnya Perpusda Mbarang Gawe. Ini menceritakan tentang keberadaan perpusarda dari fasilitas sarana yang ada, pemanfaatanya, kegiatannya, pimpinannya juga mengajak semua orang atau masyarakat untuk bisa berkunjung ke perpsarda kabupaten banyumas" katanya.
Disebutkan, para pemain dari jemblung SMP Negeri 5 Purwokerto terdiri dari empat siswa yang kesemuanya siswa yang baru saja naik kelas IX yakni, Angga Widodo sebagai dhalang/penabuh gamelan utama, lalu Satria Raja, Panji Efendi penabuh gamelan, dan Nadila Musita Palasara menjadi sindennya. Kelompok dhalang jemblung ini terbentuk bulan Mei yang lalu dan sudah manggung keempat kalinya.
Kepala SMP Negeri 5 Purwokerto, Ibnu Tavip Martapa, menuturkan, jika tidak ada pewaris, maka jelas seni dalang jemblung punah. "Kita bikin grup, lalu memperkenalkan kepada generasi muda sejak sekarang, kami optimis seni unik ini eksis lagi di masa mendatang. Selanjutnya ketika empat siswa kami ini nanti meninggalkan SMP otomatis kami pihak sekolah harus membentuk kelompok yang baru lagi agar ada kesinambungannya. Untuk kelompok pertama ini saya anggap cukup berhasil dengan terbukti ada respon yang keempat kalinya diundang untuk pentas diluar sekolah. Mudah-mudahan dengan sedini mungkin kita bisa menunjukkan adanya keberagaman seni yang ada dinegiri ini dan bisa membinanya, niscaya kelestarian budaya dan seni nenek moyang kita akan lestari adanya “ ujarnya. (Ero)