banyumas

Prihatin Kondisi Gunung Slamet, Budayawan dan Aktivis Lingkungan Gaungkan Penyelamatan Lewat Aksi Tanam Pohon

Minggu, 18 Mei 2025 | 16:20 WIB
Pegiat lingkungan dan budayawan saat menanam pohon tahunan di lereng Gunung Slamet. (Foto: Driyanto)

Krjogja.com - BANYUMAS - Sejumlah budayawan, seniman, dan aktivis lingkungan di Banyumas, Pemalang, dan Brebes, Jawa Tengah, Minggu (18/5/2025) turun tangan menyerukan penyelamatan Gunung Slamet yang kian terancam akibat kerusakan lingkungan.

Aksi simbolis berupa penanaman ratusan bibit pohon dilakukan di lereng selatan gunung, tepatnya di Dusun Sirongge, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas.

Baca Juga: Industri Jadi Alternatif, ASN dan PPPK Jadi Daya Tarik Tinggi Angkatan Kerja Muda

Kegiatan tersebut digagas oleh Yayasan Dhalang Nawan sebagai wujud nyata gerakan konservasi berbasis masyarakat.

Ketua Yayasan Dhalang Nawan, Bambang Barata Aji, menegaskan bahwa penanaman pohon ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari upaya panjang untuk melindungi kawasan Gunung Slamet dari kerusakan yang terus meluas.

“Ini adalah panggilan untuk menjaga kehidupan. Gunung Slamet tidak hanya sumber air, tapi juga pusat kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.

Baca Juga: Pasukan Cilik SD Monggang, Kampanye Peduli Lingkungan

Bambang menyebut beberapa faktor penyebab kerusakan hutan di Gunung Slamet, di antaranya pembukaan lahan untuk proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) yang tidak berlanjut, serta alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian, khususnya tanaman kentang di sisi barat gunung.

Dalam kegiatan tersebut, pohon-pohon tahunan seperti nagasari dan beringin ditanam sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian jangka panjang.
Dorongan Menjadikan Taman Nasional

Para pegiat lingkungan juga mengusulkan agar kawasan Gunung Slamet ditetapkan sebagai taman nasional. Meski gagasan ini tidak lepas dari pro dan kontra, mereka menilai status taman nasional dapat memberi perlindungan hukum yang lebih kuat terhadap ekosistem.

“Benar, ada kekhawatiran pengelolaan taman nasional bisa dimanfaatkan pemodal besar, tapi masyarakat akan mengawal prosesnya,” tegas Bambang.

Budayawan Banyumas, Titut Edi Purwanto, turut mengingatkan pentingnya kembali pada nilai-nilai kearifan lokal. Menurutnya, masyarakat agraris Indonesia sejak dahulu memiliki cara yang cerdas dan harmonis dalam mengelola alam.

“Kita punya warisan budaya yang menjaga keseimbangan alam. Pengetahuan itu harus kita turunkan ke generasi berikutnya, bukan justru diwarisi kerusakan,” katanya.

Ia menyebut kegiatan penanaman pohon ini sebagai bentuk amal jariah ekologis, di mana manfaatnya akan terus mengalir selama pohon itu tumbuh dan memberi kehidupan.

Halaman:

Tags

Terkini

4 Orang tewas, Truk Tangki Seruduk Minibus di Cilacap

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:41 WIB