Krjogja.com - PURBALINGGA - Dinas Pertanian (Dinpertan) Purbalingga bersama Kementerian Pertanian (Kementan) mendirikan dua Brigade Pangan (BP). Yakni BP Kekar Darma Kusuma dan BP BP Perwira Jaya Swastika.
BP Kekar Darma Kusuma dengan luasan lahan sasaran 150 hektar (Ha) di Desa Darma dan Langkap keduanya di wilayah Kecamatan Kertanegara, dan Desa Karanganyar dan Kalijaran di Kecamatan Karanganyar. Kemudian BP Perwira Jaya Swastika (250 Ha) di wilayah Desa Kaliori Kec Karanganyar, dan Desa Onje dan Desa Tangkisan Kecamatan Mrebet.
"Wilayah tersebut sebelumnya menjadi sasaran kegiatan Optimalisasi Lahan (Opla). Kedua BP tersebut telah mendapatkan pelatihan dari Kementan, dan Dinpertan Purbalingga, mulai Rabu-Jumat (12-14/11/2025)," tutur Kepala Dipertan, Prayitno, Sabtu (15/11/2025).
Pembentukan Brigade Pangan itu, lanjut Prayitno, difokuskan pada upaya mengoptimalkan lahan dan meningkatkan produksi beras untuk mendukung pencapaian target swasembada secara berkelanjutan.
Prayitno menambahkan, brigade pangan akan menjadi garda terdepan dalam mengelola dan mengoptimalkan lahan pertanian secara modern, profesional dan terampil dengan menjalankan usaha yang berorientasi bisnis dan menghasilkan keuntungan. BP tersebut akan mendapat bantuan saprodi (benih, pupuk, dan pestisida), sedang untuk alsintan akan kami usulkan ke Kementan.
"Program ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan tetapi juga menciptakan ekosistem agribisnis modern yang memberdayakan generasi muda," ujarnya.
Prayitno menyebutkan, upaya mewujudkan swasembada pangan menghadapi tantangan berupa berkurangnya lahan pertanian. Berdasar data tahun 2024, luas lahan pertanian 59.674,90 hektar (Ha). Dari luasan itu terinci Lahan Baku Sawah (LBS) 17.605 Ha dan Tegalan 42.069,90 Ha. Khusus untuk LBS pada tahun 2019 tercatat 18.730 Ha dan pada tahun 2029 diprediski berdasarkan estimasi verivikasi LBS tahun 2025 akan menjadi 16.865 Ha.
Tantangan lain, lanjut Prayitno, risiko gagal panen akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan bencana alam. Sedangkan dari sisi Sumberdaya Manusia meliputi regenerasi petani yang berjalan lambat, dan kelembagaan petani yang belum kuat.
"Satu lagi, yakni sarana dan prasarana pertanian khususnya jaringan irigasi dan alsintan (alat mesin pertanian) yang belum optimal," ujarnya. (Rus)