Mengenal penyakit "sklerosis multipel" dan cara menanganinya

Photo Author
- Jumat, 28 Juni 2024 | 09:30 WIB
  Tangkapan layar video saat penyintas sklerosis multipel di Indonesia Jessy fnu menjalani pengobatan yang diputar dalam seminar tentang multiple sclerosis (MS) di Jakarta, Selasa (28/5/2024).    (ANTARA/Abdu Faisal)
Tangkapan layar video saat penyintas sklerosis multipel di Indonesia Jessy fnu menjalani pengobatan yang diputar dalam seminar tentang multiple sclerosis (MS) di Jakarta, Selasa (28/5/2024). (ANTARA/Abdu Faisal)


Jakarta - 13 tahun lalu, pengarang buku "Jessy and the 4G's", Jessy fnu, bercerita bahwa dia tiba-tiba saja pingsan. Karena merasa begitu lemah dan sedikit minder, dia memutuskan pergi ke rumah sakit dan menemui dokter.

Jessy bingung karena saat itu dia merasa sehat, fisiknya pun terlihat normal tapi didiagnosis sakit.

Tak puas dengan hasil diagnosis itu, dia juga memeriksakan diri sampai ke multiple sclerosis center di Jepang. Di sana, dengan pemeriksaan lengkap, Jessy dipastikan mengalami sklerosis multipel (multiple sclerosis - MS).

Memiliki MS membuat Jessy sadar bahwa dia mengalami kemunduran kualitas hidup. Gangguan ini biasanya memicu emosi-emosi tertentu yang bisa berdampak negatif kepada diri sendiri, bahkan orang lain.

Namun, Jessy berusaha mengatasinya dengan diam sejenak untuk berdoa, lalu setelah itu menghubungi saudara, teman, atau siapa pun yang membuat dirinya merasa nyaman dan percaya untuk mendiskusikan keadaannya saat itu.

Dengan cara itu, ia bisa mencari opsi-opsi yang terbaik untuk bisa dilakukan.

Jessy percaya perjalanan hidup dengan MS akan terasa lebih ringan dan menyenangkan jika dilalui bersama dengan teman-teman daripada dihadapi sendirian.

Penerimaan tersebut mengajarinya agar lebih banyak belajar tentang kehidupan dan dirinya sendiri lewat 4G: gratitude (syukur), grace (berkah), grit (tabah), dan gift (anugerah).

 

Jessy adalah penyintas MS di Indonesia yang berhasil bersahabat dengan penyakitnya. Namun, mungkin sebagian orang ada yang belum mengenal dengan baik penyakit ini.

MS merupakan kondisi autoimun, kronis, dan inflamasi yang memengaruhi sistem saraf pusat.

Neurolog lulusan Program Doktor Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Dr dr Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.S menjelaskan MS merupakan penyakit kronis, yang artinya berlangsung dalam kurun waktu cukup panjang.

"Penyandang MS bisa berpuluh-puluh tahun hidup dengan MS, kemudian dia menyerangnya. Organ yang diserang adalah sistem saraf pusat. Yang dimaksud sistem saraf pusat itu adalah otak dan saraf tulang belakang," kata Rocksy dalam seminar kesehatan di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, pekan ini.

Rocksy menjelaskan kerusakan tersebut diduga dipicu oleh kekeliruan sistem antibodi dengan menyerang saraf pusat dan menimbulkan kerusakan pada selaput mielin, yaitu bungkus dari saraf pusat tersebut, dan menimbulkan peradangan (inflamasi).

Akibatnya, komunikasi di saraf menjadi terganggu dan memunculkan gejala-gejala sklerosis multipel.

MS bisa terdiagnosis pada siapa saja, walaupun potensi lebih tinggi terserang MS pada kelompok orang berusia muda, usia 20 sampai 50 tahun.

Selain itu, penyandang MS cenderung lebih banyak diidap perempuan dibandingkan laki-laki. Rasio secara global, tiga perempuan berbanding satu laki-laki (3:1).

"Kalau dihitung nilai tengahnya, yang terserang itu umur 32 tahun," kata Rocksy.

Karena risiko perempuan terkena MS lebih tinggi, Rocksy menganjurkan perempuan muda untuk lebih aktif menjaga pola hidup bersih dan sehat.

Sejak dahulu, negara tropis seperti Indonesia, cenderung lebih sedikit populasi penderita MS-nya dibandingkan negara-negara subtropis.

Dengan menerapkan pola hidup sehat seperti rajin berolah raga di luar ruangan saat pagi hari, maka sinar Matahari yang melimpah di negara tropis ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh.

"Ayo kita lebih rajin outdoor, keluar rumah, supaya kena sinar Matahari dan paparan vitamin D," ajak Rocksy.

Pola hidup bersih juga diterapkan dengan menjaga higienitas makanan dan minuman agar terhindar dari cemaran limbah dan polusi.

Cara diagnosis MS

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB
X