Menembus batas antarkan seratus anak menuju gerbang Sekolah Rakyat

Photo Author
- Jumat, 15 Agustus 2025 | 18:00 WIB
  Salah satu bangunan di Sentra Efata Kupang Kementerian Sosial dimanfaatkan sebagai ruang satuan tugas penyelenggara Sekolah Rakyat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang mulai diramaikan oleh pa ((ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo))
Salah satu bangunan di Sentra Efata Kupang Kementerian Sosial dimanfaatkan sebagai ruang satuan tugas penyelenggara Sekolah Rakyat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang mulai diramaikan oleh pa ((ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo))

"Mereka dicoret karena keluarganya mampu dibuktikan setelah orang tua mereka punya motor besar, dan oto (mobil), rumah mereka juga layak untuk ditempati," ucap pria berambut cepak dengan wajah yang nyaris gosong ini.

Meski sebagian besar bisa menerima tapi tetap saja ada wajah kecewa. Momen paling berat bagi Yohanes saat harus mengatakan ke pihak keluarga bahwa buah hati mereka tak memenuhi syarat untuk bersekolah di sekolah boarding gagasan Presiden Prabowo Subianto ini, yang sudah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat se-Kabupaten Kupang, karena fasilitas yang disediakan pemerintah mulai dari laptop, makan bergizi tiga kali sehari, belajar di laboratorium, asrama yang lengkap dengan ranjang dan bantal empuk tanpa pungutan biaya apapun.

Namun, dia menyakini lebih baik pahit di awal daripada mereka merampas hak anak lain yang jauh lebih membutuhkan.

 Baca Juga: Sedyo Rahayu Luncurkan eSeR SIMPATI, Menabung untuk Hari Akhir, Jaga Komitmen Gratiskan Peti Mati yang Tidak Mampu

Yohanes optimistis dan mulai membayangkan pagi pertama seratus anak yang menempati ranjang bertingkat, papan tulis putih yang kosong menunggu tulisan pertama, serta ruang kelas berlantai bersih yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Perjalanan panjang menjemput anak-anak memang sudah memasuki babak akhir. Proses renovasi sebanyak sembilan asrama, empat ruang belajar dan fasilitas penunjang lainnya termasuk mushala maupun gereja di Sekolah Rakyat Kupang itu sudah hampir rampung dan siap dimanfaatkan oleh 100 orang siswa pada tahun ajaran baru 2025/2026, yang dimulai Senin, 14 Juli.

Seluruh siswa dijadwalkan sudah menempati asrama pada Sabtu, 12 Juli. Mereka akan melakukan cek kesehatan kedua dan melaksanakan rangkaian orientasi atau pengenalan antarsiswa, kepala sekolah, guru dan segenap wali asrama hingga lingkungan sekitarnya

Baca Juga: Gerd Bisa Sembuh dengan Pengobatan Asam Lambung Generasi Baru


Namun, tugas Yohanes belum selesai saat anak-anak masuk asrama. Justru di sinilah awal pekerjaan terberat baginya, karena ia juga ditunjuk sebagai wali asrama Sekolah Rakyat Kupang.

Yohanes dituntut untuk lebih dekat dengan menaruh telinga dan hatinya kepada setiap siswa, bahkan orang tua mereka, karena pendidikan berasrama masih tergolong baru di kalangan masyarakat setempat.

Semangat dan rasa percaya diri anak-anak berusia 13-15 tahun ini harus benar-benar dijaga sehingga mental mereka kuat dan menjadi setara dengan anak di kota besar, dengan membuang stigma bahwa mereka adalah penerima bantuan.

Untuk itu, ia harus peka mendengar suara lugu seorang anak “pak, saya takut nanti nggak punya teman, pak saya tidak bisa menggunakan laptop.” Atau meyakinkan para ibu kalau anak mereka terjamin, sehingga buah hati mereka fokus menjalani kegiatan belajar-mengajar selama tiga tahun ke depan bersama 11 orang guru Sekolah Rakyat yang kompetensinya telah teruji.

Mimpi mereka besar, ada yang mau menjadi pemain tim nasional sepak bola Indonesia, prajurit TNI Angkatan Darat, perawat, hingga sebagai pendeta dan suster untuk melayani umat sebagaimana cita-cita Irene Patrisia siswa dari Desa Oemasi Kecamatan Nekamese, dan Kristo Jenewery, dari Desa Pariti Kecamatan Sulamu.

Untuk itu, walau dihadapkan banyak tantangan, tapi bagi Yohanes dan tim Sentra Efata, langkah pertama selalu yang paling berharga karena di balik setiap angka, ada nama dan di balik nama ada mimpi. Maka mimpi itulah yang mereka jemput meski harus menyeberang laut, menapaki bukit, dan gempuran debu ditegah terik panas matahari seolah membakar kulit.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB
X