Menembus batas antarkan seratus anak menuju gerbang Sekolah Rakyat

Photo Author
- Jumat, 15 Agustus 2025 | 18:00 WIB
  Salah satu bangunan di Sentra Efata Kupang Kementerian Sosial dimanfaatkan sebagai ruang satuan tugas penyelenggara Sekolah Rakyat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang mulai diramaikan oleh pa ((ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo))
Salah satu bangunan di Sentra Efata Kupang Kementerian Sosial dimanfaatkan sebagai ruang satuan tugas penyelenggara Sekolah Rakyat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang mulai diramaikan oleh pa ((ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo))

 


Kupang, Nusa Tenggara Timur (ANTARA) - Tak terbayangkan bagaimana harus berpeluh keringat karena dipaksa bersahabat dengan jilatan panas matahari di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), selama berhari-hari demi mencari anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk diantar menjadi siswa Sekolah Rakyat Berasrama.

Bukan hanya tanah terjal yang menembus perbukitan kering bersuhu 30-33 derajat celcius yang harus diseberangi, bahkan tak jarang juga harus melintas pulau dengan laut bergelombang ganas khas dari Pulau Timor, agar dapat menemukan keberadaan anak-anak itu.

Semua tantangan ini adalah bagian dari perjuangan para tim penyaring calon siswa, sekolah rakyat dari Sentra Efata Kupang, Kabupaten Kupang, NTT.

Baca Juga: Pos Indonesia Luncurkan Layanan COD PosAja! di Shopee untuk Dukung Ekonomi Nasional

Salah satunya adalah Yohanes, yang sabar menghadapi semuanya selama tiga bulan berturut-turut terhitung sejak April–Juni yang lalu.

“Sejak awal sudah kami duga kalau data tak akan pernah cukup, sehingga kami diperintahkan pimpinan turun langsung ke lapangan,” kata Yohanes dengan gaya bicaranya yang serupa penyiar radio itu.

 Tim dari sentra yang dikelola Kementerian Sosial itu berhasil menghimpun sebanyak 267 nama dari 24 kecamatan di Kabupaten Kupang yang direkomendasikan untuk menjadi siswa sekolah rakyat tahap pertama di NTT.

Baca Juga: BGN sebut makan bergizi gratis terbukti tingkatkan konsentrasi anak

Dari jumlah tersebut kuota yang disiapkan hanya sebanyak 100 orang anak, dan hingga akhir bulan Juni yang lalu, tim kecil ini berhasil merampungkan penyaringan siswa.

Untuk tim Yohanes sendiri, sedikitnya ada 83 orang anak yang berhasil mereka terima datanya dari pihak sekolah. Mulanya mereka dinilai sebagai anak dari keluarga yang kurang mampu dan paling membutuhkan bantuan demi melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah berikutnya.

Dia menyisir belasan sekolah dasar, kantor desa, hingga turun ke rumah-rumah di dusun terpencil dari Pulau Semau sampai ke wilayah Nekamese, yang jadi tanggung jawabnya, untuk memverifikasi kondisi anak yang direkomendasikan. Hal serupa juga dilakukan oleh belasan anggota tim penyaring calon siswa lainnya yang diamanahkan kepada mereka.

Baca Juga: Sedyo Rahayu Luncurkan eSeR SIMPATI, Menabung untuk Hari Akhir, Jaga Komitmen Gratiskan Peti Mati yang Tidak Mampu

Namun, setelah melewati proses penyaringan panjang dan sinkronisasi dengan Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), tersisa hanya lima orang anak yang memenuhi syarat, dan akhirnya lolos menjadi siswa Sekolah Rakyat, pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sementara ini menempati kawasan Sentra Efata Kupang di Naibonat, Kabupaten Kupang ini.

Yohanes dan timnya mendapati masih ada orang tua yang belum siap anaknya meninggalkan mereka untuk menempati asrama, dan tak sedikit pula yang dicoret dari daftar, setelah tim melihat langsung kondisi keluarganya yang berbeda dari data yang diterima.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Rekomendasi

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB
X