Krjogja.com - SLEMAN - Empat lokasi di Yogyakarta dijadikan tempat syuting film bergenre horor Sajen Satu Sura.
Selain di Vila Pakem Yogyakarta, Pakem, Sleman, film yang dibintangi talent-talent muda seperti Cinta Brian, Aisyah Aqillah, Frislly Herlind dan Munggaran, Clift Sangra, Yurike, Assila Corina, Kukuh prasetya dan lainnya, juga menjalani syuting di wilayah Kulonprogo, Pantai Parangkusumo Bantul, dan sejumlah spot di sekitar Kaliurang Sleman.
Line Producer PIM Pictures Adi Irawan menuturkan, sebelum memutuskan Yogyakarta, tim sempat melakukan survey di sejumlah daerah termasuk Jawa Tengah.
Namun pilihan akhirnya jatuh ke Yogya, dengan alasan masih kental adat dan budaya. Termasuk kaitannya dengan Sura, salah satu bulan di Kalender/Penanggalan Jawa yang disebut 'sasi Sura'.
Baca Juga: Dosen Unnes Populerkan Bahasa Indonesia di Amerika
"Sisi menarik film ini, mengangkat budaya Jawa. Ada bulan Sura yang oleh sebagian masyarakat di Jawa khususnya Yogyakarta masih ramai dengan sesajian atau sajen," ujar Adi di sela-sela syuting film ini di Vila Pakem Yogyakarta, Pakem, Sleman, Sabtu (14/10/2023).
Sisi menarik lainnya, film ini berkisah pada dua generasi, yakni era 1991 dan 2023. Ada sesuatu yang masih perlu diselesaikan oleh sebuah keluarga, terkait perjalanan masa lalu mereka di Yogya. Hal ini terkait pelanggaran yang dilakukan keluarga ini, terhadap pantangan-pantangan yang dikenal oleh masyarakat Jawa di bulan Sura.
"Karena berlatar dua generasi, maka kami juga menggandeng aktor lawas Mas Clift Sangra yang notabene suami dari artis film horor yang melegenda, almarhumah Suzzana. Kebetulan Mas Clift kan punya background action, yang di film ini pun ada tuntutan untuk akting laga juga," ungkap Adi yang memperkirakan secara keseluruhan proses produksi film ini memakan waktu sekitar 21 hari, dan akan tayang di boskop tahun depan.
Sajen Satu Sura merupakan film horor ketiga yang diproduksi PIM Pictures setelah sebelumnya film Kutukan Sembilan Setan tayang Juni 2023 dan Perjamuan Iblis akan tayang November tahun ini.
Film Kutukan Sembilan Setan sukses disaksikan 254.000 penonton, diputar di bioskop di tengah penayangan sejumlah film besar Hollywood seperti Fast & Furious. "Tentu kami berharap film kedua dan ketiga nanti tidak kalah sukses dari yang pertama. Apalagi film-film bergenre horor sebenarnya punya pasar sendiri di kalangan anak-anak muda kita," kata Adi.
Disutradarai Y Gatot Subroto, film Sajen Satu Sura diharapkan menjadi bagian dari film horor yang dapat memberikan value bagi penonton khususnya kaum milenial. Terutama dalam hal untuk ikut menjaga dan menghargai adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Indonesia yang plural atau majemuk.
Produser dan CEO PIM Pictures Agustinus Sitorus menambahkan, project ini dirancang dan didesain sejak 2 tahun lalu bersama Tisa TS dan kemudian didevelop oleh Tim Tisa TS dan Tim Kreatif PIM Pictures selama 2 tahun hingga saat ini.
Film Sajen Satu Sura, kata Agus, menjadi salah satu film horor yang berbeda mengingat terdapat sisi unik dan eksekusi bernuansa Jawa dan budayanya diambil dari sisi yang berbeda. "Treatmen Mas Gatot Subroto sebagai sutradara, menjadi salah satu pembeda di project film ini. Kita tahu, beliau pernah berkolaborasi dan menjadi bagian tim dari film Suzzana yang meraup jutaan penonton," tuturnya.
Proses diskusi kreatif yang cukup mengalir dan menyenangkan bersama Sutradara Gatot Subroto, diharapkan menghasilkan produk yang baik untuk disajikan kepada penikmat film horor di Indonesia. Film ini menjadi sesuatu yang fresh karena terdapat sisi budaya dan tradisi Jawa yang cukup kental, di samping misteri dan kengerian dalam adegan demi adegan yang disajikan.
"Harapan saya, film horor Sajen Satu Sura dapat dinikmati atau ditonton secara luas di bioskop serta dapat diterima oleh penonton dan disukai sebagai tontonan yang menghibur, namun sarat akan makna serta memuaskan dahaga penonton film horor Indonesia," harap Agus. (San)