SLEMAN- KR- Film RIBA merupakan sebuah karya yang mengangkat realita kehidupan masyarakat saat ini, di mana banyak orang terjebak dalam kesulitan keuangan dan pinjaman yang berlebihan. Diinspirasi sebuah thread viral berjudul “Getih Anak” yang dipublikasikan oleh akun @mitologue di platform X (sebelumnya Twitter).
Dengan lebih dari 3,9 juta pembaca, kisah ini memicu diskusi luas tentang bahaya utang, tekanan ekonomi, dan godaan jalan pintas yang berujung pada kehancuran keluarga. Film ini menjadi penanda baru bagi Verona Film, yang sebelumnya dikenal lewat karya dokumenter dan drama sosial, untuk pertama kalinya menggarap film horor dengan pendekatan psikologis.
Disutradarai oleh Adhe Dharmastriya, ditulis oleh Titien Wattimena, dan diproduseri oleh Titin Suryani, dan Eksekutif Produser Bedy Kunady. RIBA dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 4 Desember 2025. Sejumlah aktor dan aktris ikut terlibat, termasuk Ibrahim Risyad sebagai Sugi, Wafda Saifan sebagai Muji, Fanny Ghassani sebagai Rohma, Jajang C. Noer sebagai Lastri, Emilat Morshedi sebagai Bening, Kevin Danu sebagai Dimas, dan Pritt Timothy sebagai Mbah Darso.
Baca Juga: Lahirkan Santri Berilmu dan Berakhlak, Pesantren jadi Pilar Ketahanan dan Kebangkitan Bangsa
Bedy Kunadi menjelaskan film ini menceritakan tentang seorang tokoh utama yang mengalami kesulitan keuangan dan terjebak dalam pinjaman yang menyebar, sehingga menimbulkan masalah yang sangat besar bagi dirinya dan keluarganya.
"Dalam film ini, kita dapat melihat bagaimana tokoh utama mengalami tekanan psikologis yang sangat besar akibat dari pilihan yang salah dalam menyelesaikan pinjaman. Ia terjebak dalam jalan pintas yang membuatnya semakin stres dan tertekan. Film ini tidak hanya menyajikan unsur horor, tetapi juga mengangkat tema psikologis yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini,"kata Bedy dalam kegiatan Workshop, Meet and Greet bersama para mahasiswa di Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta (12/11/25).
Titin Suryani menyampaikan dalam pembuatan film ini, tim produksi sangat memperhatikan detail-detail seperti nuansa warna, cahaya, dan dekorasi untuk menciptakan suasana yang realistis dan membuat penonton merasa seperti berada di dalam film.
Baca Juga: Perwakilan Astra Motor Yogyakarta Melaju Ke Seleksi Tahap Dua Guru Inspiratif Astra Honda 2025
"Dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat, film ini dapat menjadi sangat populer dan dibicarakan oleh banyak orang. Oleh karena itu, penting bagi tim produksi untuk memanfaatkan media sosial dan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan antusiasme masyarakat terhadap film ini,"kata Titin.
Fanny Ghassani menceritakan kesan dan pesannya saat memerankan salah satu tokoh di film tersebut."Seru banget sih. Drama-drama yang ngeri. Iya, mungkin di sini akhirnya kita akan belajar juga bagaimana seharusnya kita bersikap ketika kita dalam keadaan yang terhimpit. Harus selalu berpikir mungkin ribuan kali, puluhan kali, ditimbang-timbang juga akibatnya, baik buruknya, sebelum kita mengambil keputusan yang mungkin kita rasa tepat saat itu, tapi ternyata kurang tepat dan berakibat yang enggak baik buat diri kita dan juga keluarga,"kata Fanny.
Pritt Timothy juga menyampaikan pesan moral dalam film ini adalah bahwa sebuah kengerian dalam keluarga yang diciptakan dalam kondisi kalut."Jangan sampai kita mencari jalan pintas yang akhirnya celaka sendiri. Bagaimanapun Tuhan akan memberikan beban kepada setiap insan-Nya tidak akan melebihi kapasitas dia. Usaha dan berdoa,"kata Pritt. (*3)