Krjogja.com - Film Dokumenter 'Unearthing Muarajambi Temples' (Muarajambi Bertutur), garapan Nia Dinata yang merekam cerita sejarah lintas zaman tentang situs candi Muarajambi di Desa Muaro Jambi, memang sudah rilis perdana pada 3 Juni 2023 dalam rangkaian hari Raya Waisak 2023 di Area Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Pemutaran ke dua film ini dilaksanakan di ARMA Museum Ubud, Bali, pada 26 Juli, 2023, dan Pemutaran ke tiga kali ini diperuntukkan untuk publik diselenggarakan pada 19 - 20 Juli 2023 di Jogja National Museum Bloc (JNM Bloc) bersamaan dengan Art Jog 2023 yang masih berlangsung didukung oleh Pizza Mediterranea by Kamil.
Situs Muarajambi adalah kompleks percandian Buddha terluas di Indonesia yang berlokasi di tepi Sungai Batanghari, provinsi Jambi, yang sayangnya belum banyak diketahui awam.
Menurut penelitian arkeologi teranyar, kompleks Candi Muarajambi dulunya difungsikan sebagai mahawihara atau universitas atau semacam pusat pengajaran pengetahuan Buddha pada abad 7-13 M.
Kompleks ini lengkap dengan ruang kelas, ruang tinggal, ruang peribadatan, hingga kanal buatan untuk kebutuhan transportasi. Saat ini ada 11 candi berbatu bata yang telah dipugar dan ratusan reruntuhan lain yang sedang dalam proses pemugaran.
Perjalanan pemikir Buddha kanon dunia, seperti I-Tsing, Atiśa Dīpankara, serta Serlingpa Dharmakirti mengakar kuat di Muarajambi. Ajaran yang berkembang di Muarajambi menjadi benih beberapa aliran Buddha, khususnya aliran yang telah mekar di Tibet.
Film dokumenter ini merupakan hasil produksi Kalyana Shira Foundation yang didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Riset dan penggarapan film dokumenter ini berlangsung selama tahun 2022.
Proses pengambilan gambar dan riset berlangsung di dua negara yakni Indonesia dan India, termasuk di Provinsi Bihar tempat situs Nalanda berdiri serta di Provinsi Himachal Pradesh, kota Dharamsala, tempat pengungsian Dalai Lama ke 14 sejak tahun 1959.
India tercantum di film ini sebab Muarajambi memiliki kaitan amat erat dengan Mahawihara Nalanda, pusat pembelajaran Buddha di Bihar, India.
Muarajambi sebagai pusat pengetahuan Buddhisme, melahirkan pemikir-pemikir Buddhist yang akhirnya menciptakan Candi Borobudur di Pulau Jawa, candi yang berbentuk mandala terbesar di dunia.
Tak hanya menyoal warisan budaya masa lampau, film ini juga secara jeli menyoroti bagaimana situs Muarajambi dihidupi oleh bermacam-macam masyarakat dari waktu ke waktu.
Alih-alih situs budaya yang statis, Muarajambi merupakan ruang yang sangat hidup. Seperti arus sungai, narasi film “Unearthing Muarajambi Temples” akan membawa penonton menelusuri sejarah masa lalu hingga kini, sejak kejayaan Sriwijaya, hingga situasi situs Muarajambi terkini yang menjadi ruang hidup masyarakat adat Islam asli Jambi dan segala tradisinya.
Sejak direstorasi, selain difungsikan sebagai situs edukasi dan pariwisata, kompleks candi kembali dipakai sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Selain itu, di kompleks ini acap kali digunakan komunitas umat beragama lainnya sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran non formal mereka.
Hal ini menjadi sebuah gambaran bagaimana ajaran kebaikan dan toleransi diwariskan turun temurun, meski dilakoni oleh masyarakat yang berbeda-beda.