film-selebrita

Ketika Laut Menjadi Neraka: Cerita Pilu ABK Indonesia dalam Film ‘Before You Eat’

Rabu, 7 Mei 2025 | 17:30 WIB
Diskusi film dokumenter Before You dengan Sutradara Film Dokumenter Before You Eat (BYE) Kasan Kurdi

KRjogja.com - Kalau kamu suka makan seafood—entah itu cumi crispy, udang bakar madu, atau sashimi segar di restoran Jepang—cobalah duduk sejenak dan bertanya: siapa yang menangkap semua ini? Bagaimana nasib orang-orang yang bekerja di balik santapan lezatmu?

Pertanyaan itulah yang mengusik Kasan Kurdi, seorang filmmaker yang akhirnya melahirkan film dokumenter Before You Eat (BYE). Film ini bukan tentang resep ikan bakar atau cara mengolah udang crispy ala rumahan, tapi tentang kisah getir para anak buah kapal (ABK) migran asal Indonesia yang mencari nafkah di laut lepas—dari Samudra Pasifik sampai Samudra Hindia.

Film BYE tayang dalam acara nonton bareng dan diskusi di Art Gallery GIK UGM pada 6 Mei 2025, sebagai bagian dari pameran foto jurnalistik “Sing Penting Madhang” yang digelar oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta.

Ironi di Balik Seafood: Kerja Paksa dan Perbudakan Modern

“Saya terganggu dengan ironi ini,” kata Kasan dalam sesi diskusi. “Mereka (ABK) bekerja untuk ‘memberi makan’ dunia, tapi hak-haknya dilanggar. Bahkan, ada yang meninggal dan jenazahnya dilarung ke laut tanpa izin keluarga.”

Film berdurasi 47 menit versi Director’s Cut ini merinci betapa suramnya kehidupan para ABK Indonesia di kapal-kapal asing. Mulai dari proses rekrutmen ilegal, kontrak kerja yang nggak jelas, hingga kekerasan fisik dan pelecehan psikologis. Tak jarang, mereka terjebak dalam skema kerja yang mirip perbudakan.

Fenomena ini sering disebut sebagai bentuk modern slavery atau perbudakan modern, di mana pekerja terperangkap dalam sistem kerja paksa tanpa perlindungan hukum dan keadilan sosial.

Sebuah laporan dari ILO (Organisasi Buruh Internasional) pada 2023 mencatat bahwa sektor perikanan lepas pantai adalah salah satu industri paling rawan terhadap eksploitasi pekerja, terutama dari negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam.

Laut yang Tak Lagi Romantis

Bagi sebagian orang, laut mungkin romantis. Sunset di pantai, suara ombak, atau aroma garam yang menenangkan. Tapi tidak untuk para ABK ini.

Di film BYE, ditampilkan kisah ABK yang mengalami kerja 20 jam nonstop, makan hanya dengan nasi keras dan sayur basi, bahkan harus berbagi ranjang sempit dengan 3-4 orang lain. “Yang lebih tragis, ketika meninggal dunia, jenazah mereka langsung dibuang ke laut. Tanpa doa, tanpa pamit,” ungkap Kasan.

Bahkan, ada adegan nyata saat seorang ABK membagikan kisah temannya yang dipukuli karena meminta gaji yang belum dibayar. Salah satu kapal tempat mereka bekerja juga tercatat sebagai pelaku Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, atau praktik penangkapan ikan ilegal yang merusak ekosistem laut.

Dari Yogyakarta hingga Taiwan dan Amerika

Film BYE bukan sekadar karya lokal. Sejak peluncurannya, film ini telah diputar dalam skema nobar (nonton bareng) di berbagai kota Indonesia, serta lintas negara seperti Taiwan dan Amerika Serikat, berkat kerja sama dengan Greenpeace Indonesia, SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia), dan Greenpeace International.

Halaman:

Tags

Terkini

Lima Fakta Menarik Film Timur untuk Isi Liburan

Rabu, 17 Desember 2025 | 21:45 WIB