Krjogja.com - JAKARTA - Di tengah derasnya film horor yang meramaikan bioskop tanah air, Prama Gatra Film bersama Rumah Semut Film memilih jalur berbeda. Mereka menghadirkan “Lintrik: Ilmu Pemikat”, sebuah horor yang bukan hanya mengandalkan teror, tapi juga mengulik kearifan lokal Banyuwangi—daerah yang dikenal kaya akan budaya mistis.
Film ini bermula dari sebuah film pendek karya komunitas film Banyuwangi berjudul Lintrik – Janakim Series yang tayang di YouTube pada 2022. Produser Prama Gatra Film, Asye Siregar, melihat potensi besar dari karya tersebut.
Baca Juga: Kemenag Bentuk Tim Seleksi Calon Anggota Baznas 2025-2030
Ia kemudian menggandeng pembuat film lokal itu untuk terlibat langsung dalam proses produksi versi layar lebarnya, baik sebagai konsultan budaya maupun penasihat dalam penulisan skenario.
Menurut sang sutradara, Irham Acho Bahtiar, lintrik adalah ilmu pengasihan Jawa kuno yang berbeda dengan pelet. Jika pelet bisa dilakukan sendiri oleh pelaku, lintrik hanya bisa dilakukan oleh dukun perempuan tertentu yang sudah melewati ritual khusus. Efeknya sangat kuat, bahkan bisa memikat orang dari jarak jauh, namun sifatnya hanya sementara.
Proses syuting dilakukan di Jakarta dan lebih banyak di Banyuwangi, dengan dukungan resmi Pemda setempat. Lokasi-lokasi ikonik seperti Hutan De Djawatan, Patung Terakota, pantai, hingga Festival Banyuwangi ikut menghiasi film ini.
Baca Juga: Program Pemberdayaan PNM Raih Dua Penghargaan Bergengsi dalam Financial Literacy Award 2025
Tak hanya itu, beberapa tokoh budaya Banyuwangi turut ambil bagian, termasuk maestro tari Gandrung legendaris Mak Temu Misti dan seniman senior Mas Yon DD, yang menggunakan bahasa Osing, bahasa asli Banyuwangi.
Deretan aktor nasional juga memperkuat film ini, di antaranya Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Karina Icha, Akbar Nasdar, Fannita Posumah, hingga pendatang baru Teguh Ryder yang berperan sebagai ustaz muda dengan karakter berbeda dari biasanya.
“Lintrik” mengisahkan Sari, perempuan yang terobsesi meraih kehidupan ideal sebagai istri orang kaya. Demi cintanya pada pria masa lalu yang kini sudah beristri, ia nekat menggunakan ilmu lintrik.
Namun keputusannya itu justru menyeretnya ke dalam pusaran konspirasi besar yang baru terungkap di akhir film. Setiap adegan membawa potongan informasi penting—melewatkan satu saja bisa membuat penonton kehilangan benang merah cerita.
Berbeda dari horor yang hanya mengandalkan penampakan dan jumpscare, “Lintrik” menekankan pada ketegangan psikologis dan misteri bertahap yang mengunci perhatian penonton hingga adegan terakhir.
Film ini juga menandai langkah baru bagi sutradara Irham Acho Bahtiar, yang sebelumnya dikenal lewat film komedi nasional seperti Epen Cupen the Movie dan Security Ugal-ugalan, serta karya berakar budaya daerah seperti Horas Amang (film keluarga Batak).
“Lintrik: Ilmu Pemikat” dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 11 September 2025. Sebuah horor yang tak sekadar menakutkan, tapi juga menyelipkan napas budaya lokal Banyuwangi. (*)