GUNUNGKIDUL, KRJOGJA.com - Kesulitan air akibat musim kemarau tidak hanya dirasakan warga zona selatan Gunungkidul, namun juga warga di zona utara khususnya di Kecamatan Gedangsari. Hampir seluruh desa di wilayah yang berbatasan dengan Klaten itu mengalami kesulitan air, apalagi sejak terjadinya gempa 2006 silam.
Tak terkecuali Desa Mertelu, yang letaknya di perbukitan, paling parah dibanding desa-desa lainnya di Gedangsari. Sedikitnya 300 Kepala Keluarga yang tersebar di 6 padukuhan, mengalami kesulitan air yang cukup memprihatinkan. Sejumlah sumber air di beberapa belik sudah mengering, sementara droping air dari Pemerintah Kecamatan Gedangsari hanya bisa diterima paling cepat dua minggu sekali, itupun satu keluarga hanya bisa memperoleh jatah 2 pikul atau dua jerigen yang hanya cukup untuk masak satu hari.
Baca juga :
Gelombang Tinggi di Sadeng, 1 Kapal Hancur
Nelayan Diminta Waspadai Gelombang Tinggi Pantai Selatan
Apalagi di Desa Mertelu saat ini ditempati mahasiswa KKN dari Universitas Atmajaya, dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan UPN Veteran, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih, sehingga harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk membeli air. Pedagang air swasta banyak yang tidak berani naik ke Mertelu karena medannya berat. “Ada satu dua tangki harganya sudah mencapai Rp 250.000/tangki kapasitas 5.000 liter,†kata Kepala Desa Mertelu Tugiman.
Pihak desa sudah mengajukan bantuan air baik ke kecamatan maupun ke BPBD Gunungkidul karena mendengar ‘tangisan’ warga. Padukuhan yang mengalami krisis air meliputi Baturturu, Soka, Mertelu Kulon, Mertelu, Guyangan Kidul dan Mertelu Wetan. “Kami sangat menunggu uluran tangan dari para donatur untuk membantu air kepada warga kami,†tambah Kades Mertelu.
Demikian pula di Desa Ngalang, separuh dari warga di desa ini mengalami kesulitan air. Banyak warga miskin di pedesaan yang setiap pagi memburu air di sejumlah sumber yang masih menyisakan air dengan berjalan kaki paling dekat 1 kilometer untuk mendapatkan air satu jerigen. “Itupun harus antre berjam-jam karena sumber airnya hampir mengering,î kata Kepala Desa Ngalang Kaderi.