Krjogja.com - MADINAH - Pendorongan jemaah haji dari Makkah ke Madinah terus dilakukan. Di Madinah, rombongan jemaah haji Indonesia gelombang kedua dijadwalkan melakukan ziarah ke makam Rasululloh. Perbedaan kondisi antara Makkah dan Madinah menjadi perhatian Kemenag dalam melayani jemaah.
Perbedaan kapasitas hotel antara Makkah dan Madinah membuat rombongan jemaah haji sangat mungkin terpisah meskipun dalam satu kloter. Hal ini disampaikan Kepala Daerah Kerja Mekkah Khalilurrahman.
“Kalau di Mekkah kapasitas hotelnya besar-besar, bisa mencampur sampai puluhan ribu jamaah haji di Indonesia. Tetapi di Madinah, tidak semua hotel itu bisa menampung puluhan ribu. Bahkan banyak yang hanya bisa menampung cuma 2000 atau 3000 sehingga potensi berpisah hotel menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.” Terang Khalil.
Baca Juga: Tips Menghindari Batuk Pilek Jelang Kepulangan Haji: Waspadai Gejala dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), kata Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda mengimbau jemaah agar memprioritaskan ziarah Raudhah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya seperti ke Masjid Kuba, Jabal Uhud, dan sebagainya.
“Utamakan ziarah ke Raudhah, karena jadwalnya sesuai tasreh yang telah diberikan Kementerian Haji dan Umrah Saudi, sehingga tidak bisa diulang. Kalau sudah terlewat, jemaah tidak punya kesempatan lagi. Petugas telah mengurus tasreh yang akan digunakan jemaah sebagai tiket masuk Raudhah,” kata Widi dalam keterangan resmi Kemenag di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Selain itu ia menjelaskan, kondisi hotel di Madinah berbeda dengan di Makkah. Kapasitas hotel di Madinah tidak sebanyak di Makkah. Satu hotel di Makkah bisa menampung hingga 20 ribu jemaah, sementara hotel-hotel di Madinah memiliki kapasitas tampung untuk 1.500 orang.
Baca Juga: Pimpinan MPR: Pelaksanaan Haji 2024 Lebih Baik, Angka Kematian dan Rawat Jemaah Menurun Drastis
“Kondisi tesebut perlu dipahami para jemaah, karena berdampak terhadap penempatan jemaah dan ada potensi kloter yang terpisah penempatannya,” ujar dia.
Selain kapasitas hotel, lanjut Widi, hotel di Madinah memiliki lobi yang lebih kecil serta jumlah lift yang terbatas. Karenanya, jemaah diimbau agar mengatur waktu turun dan naik lift usai salat di Masjid Nabawi.
“Selain itu, mengingat cuaca di Kota Madinah lebih panas dari Kota Makkah, jemaah agar melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti topi, kaca mata hitam dan semprotan air selagi bepergian atau ziarah,” ucapnya.
Bila ingin beribadah di Masjid Nabawi, ia menambahkan, jemaah agar mencatat dan mengingat nama dan nomor hotel. Memberi tahu dan mencatat nomor kontak PPIH di hotel.
“Tetap mengenakan identitas pengenal, terutama gelang jemaah, membawa paspor, visa dan identitas diri lainnya,” tuturnya. (Jon)