MADINAH, KRJOGJA.com - Dua kloter yang membawa jemaah haji asal DIY sebagai rombongan kuota tambahan 10 ribu, yakni Kloter 96 dan 97 SOC memiliki profil yang cukup unik. Pasalnya, sebagian besar jemaah dari dua kloter tersebut merupakan lansia dan resiko tinggi (risti).
"Untuk jemaah Kloter 96 SOC hanya ada 30 jemaah dan 2 TPHD asal DIY, tepatnya Kabupaten Gunungkidul. Lainnya berasal dari Jawa Tengah dengan total keseluruhan 346 jemaah. Sedang untuk jemaah lansia dan risti mencapai 75 persen," kata Tim Pembimbing Ibadah Haji Daerah (TPIHD) DIY Zainul Arifin kepada KR yang menjadi bagian Tim MCH 2019, Senin (9/9/2019).
Baca Juga:Â WNI Berhaji Tanpa Visa Haji Dideportasi
Dijelaskan Zainul, untuk jemaah DIY yang tergabung di Kloter 96 SOC meninggal 1 orang dan 3 orang tanazul. Karena diminan dengan jemaah lansia dan risti, khusus Kloter 96 SOC ini menurut Zainul perlu pengawasan khusus. Apalagi kebanyakan dari mereka berangkat tanpa pendamping.
"Ada yang fisiknya tidak kondusif, mengalami disorientasi hingga sakit silih berganti. Ada pula yang dengan pendamping tapi sama-sama risti sehingga malah keduanya butuh perhatian serius," sambungnya.
Namun demikian jelas Zainul, untuk pelaksanaan ibadah pokok cukup terbantu dengan adanya koordinasi jemaah induk dari KBIH. Sehingga petugas kloter bisa lebih konsen untuk memberikan pendampingan bagi jemaah lansia maupun risti yang tidak tergabung di KBIH.
Sementara itu untuk Kloter 97 SOC seluruhnya berasal dari DIY dengan jemaah sebanyak 347 orang. Hanya saja dalam perjalannya, ada 1 orang jemaah meninggal serta 3 orang tanazul ke kloter lain untuk kepulangan.